Saya terbangun
di sore hari, rasanya segar, tubuh serasa seperti batrei yang telah di charger.
Katanya kita butuh tidur delapan jam sehari, namun sudah beberapa tahun ini
saya tidak punya kiblat kesehatan. Saya bisa saja tidur lebih dari delapan jam
atau bahkan kurang dari empat jam dalam sehari semalam. Aturan seperti itu saya
abaikan selama perasaan saya baik-baik saja. Mungkin di tahun-tahun berikutnya
saya harus mengatur pola hidup sehat.
Agenda hari
ini tidak begitu sibuk. Saya beristirahat, dan team tidak mempermasalahkanya. Ini
adalah hari-hari perkenalan dengan kota Kupang. Ternyata ini adalah kota yang
lumayan luas, dan sebagai ibu kota Nusa Tenggara Timur, perkembanganya sangat
pesat walaupun mungkin jika di
bandingkan dengan kota Makassar kupang masih kalah ramai. Sore ini saya coba
berkeliling di kota kupang, ya walau tidak semua tempat saya bisa melihat ke
unikan di kota ini.
Saya mencari
kebutuhan-kebutuhan yang saya butuhkan sembari berkeliling di beberpa jalan. Saya
berhenti di sebuah toko yang lumayan besar, saya berencana membeli batrei di toko itu, dan di toko itu
ternyata memjual berbagai barang selain elektronik dan otomotif, namun yang
lebih mencengangkan adalah minuman-minuman keras yang berjejer rapi di rak
persisi di belakang kasir, mulai dari Wine,
Vodka dan minuman-minuman keras lain
yang tampaknya berasal dari luar negeri.
Saya sedikit
bercanda dengan penjualnya dengan memujinya kalau ia memiliki koleksi-koleksi
yang sangat bagus. Ia tersenyum dan bilang ini asli bukan pajangan dan semua
ini legal. Masyarakat di kota kupang memang mayoritas non muslim, tapi saya
rasa untuk urusan minuman-minuman keras orang timur memang menyukainya terlepas
itu muslim atau non muslim. Sebagai contoh di kampung saya saja yang mayoritas muslim
orang tidak malu duduk melingkar di
gazebo atau para-para sambil minum-minuman keras, orang-orang menyebutnya Sopi,
ya it’s like no Sopi no Party kalau
di acara-acara joget. Mungkin selama mereka tidak bertidak anarkis itu menjadi
wajar-wajar saja. Dan dibeberpa tempat yang saya kunjungi di Ntt minuman keras lokal
sering kali di jajakan seperti minuman kemasan biasa, mereka menyebutnya “moke”.

Di sebuah
kapal ferry ketika kami transit di
pelabuhan Aimere ada kejadian yang menurut saya lucu, ini pengalaman yang aneh.
Sebenarnya ini tempat yang cantik, Landskap
Aimere begitu cantik, latar gunung di kejauhan, pantainya masih alami dan pulau
flores yang sangat indah. Namun sekali lagi kultur adalah daya tarik yang
menyenangkan untuk dilihat. Sebelum kami berlabuh di Aimere seorang teman yang
kebetulan asli Ntt memberitahuku kalau ia ingin membeli “moke” di pelabuhan,
saya lalu bertanya memangnya minuman keras tidak di larang di jual bebas di
pelabuhan, ia lalu tersenyum dan bilang kamu pasti akan terkejut jika sampai
disana.
Benar saja
tidak lama setelah penumpang tujuan Aimere turun, para penjual mulai naik
keatas kapal, jualanya sewajarnya yang kita lihat pada pedagang-pedagang
asongan di kapal-kapal, ada yang menjual nasi kuning, air mineral, buah-buahan,
rokok dan tikar. Namun yang tidak wajar dan membuat terheran-heran ketika saya melihat
beberapa ibu-ibu yang menjual Pisau dan Moke (Minuman keras khas NTT, di
beberapa daerah di sebut dengan sopi, arak atau cap tikus). Saya lalu berbisik
ke teman, gila ini memangnya tida dilarang..? dia menjawab santai, di depan
pintu penyebrangan ada beberapa polisi dan tentara yang berjaga, dan di depan
ruang tunggu adalah pasar rakyat, disana lebih banyak lagi yang jual “moke”,
moke disini memang terkenal, katanya moke nomor satu di Ntt dan ini tidak
dilarang.
Ia lalu
berdiri dan memanggil ibu yang menjual “moke” dan pisau tadi. Setelah ibunya
datang ia menanyakan harga dan kualitas “moke” yang dijualnya. Ibu itu pun
menjawab dengan logat Ntt yang khas, ade satu botol sepulu ribu, ini “moke” asli
nomor satu, kalau ade sonde percaya tes sandiri sa, ade bisa minum atau bakar,
atau minum baru bakar di mulut juga bisa, sambl tertawa terbahak-bahak, Sontak kamipun
ikut tertawa.
Konon katanya
yang ahli membuat moke nomor satu atau yang terbaiklah di Ntt adalah orang-orang
dari pulau Sabu Raijua, disana memang terkenal dengan pulau sejuta lontara,
buah dari pohon lontara menjadi bahan baku “moke”. Saking melimpahnya, buahnya
bukan hanya dijadikan minuman keras namun di buat menjadi gula cair. Pulau Sabu
menjadi pulau pertama yang saya kunjungi di Ntt, tidak banyak yang mengenalnya,
namun menurut saya pulau ini salah satu yang terbaik yang pernah saya kunjungi.
Saya akan menceritakanya nanti..
Muh. Fajri
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar