On My Way to Kupang.!



Hari itu, setelah beberapa hari yang membosankan begitu saja berlalu, akhirnya tiket penerbangan menuju Eltari Kupang saya kantongi. Saya di tugaskan disana untuk beberapa bulan survey jalan nasional Nusa Tenggara Timur. Saya sengaja mengambil pekerjaan ini, selain memang sedang membutuhkan pekerjaan, NTT menjadi magnet tersendiri. NTT akhir-akhir ini menjadi wisata prioritas di Bumi Ibu Pertiwi, pesonanya mulai mendunia, bahkan pribumipun bermimpi ingin menyambanginya.

Traveling atau megunjungi tempat-tempat baru sudah menjadi angan-angan saya sejak dahulu, banyak tempat saya masukan dalam list, mengunjungi tempat baru setiap tahunnya menjadi prioritas besar dalam resolusi ketika tahun berganti. Ketika menyambangi tempat baru sejujurnya saya tidak terlalu tertarik pada kegiatan-kegiatan mainstream seperti ke laut lalu menyelam, ke gunung lalu mendakinya atau ketempat-tempat populer, itu semua prioritas nomor dua, jika mampu melakukannya itu menjadi bonus dalam perjalanan. Saya lebih tertarik pada kultur, kehidupan dan peradaban masyarakan dari masa-kemasa, melihat perubahan atau masyarakat yang masih menjaga kulturnya menjadi sesuatu yang paling menyenangkan.

Matahari baru bersiap beranjak dari peraduanya, penerbangan menuju timur Indonesia selalu seperti ini. tiket tertera jam 4 subuh, beruntunglah di kota dengan kehidupan yang sudah moderen ini berangkat jam berapapun tidak menjadi masalah. Pagi itu saya memesan jasa Taxi online, dan tidak begitu lama menunggu pengemudinya sudah menjemput, wajar saja jalan terasa luas di jam-jam seperti ini. di dalam mobil, seperti biasanya untuk menghilangkan rasa bosan saya membuka percakapan dengan pengemudi. Menurut saya selalu ada cerita menarik dari setiap orang, dan benar saja, kami menceritakan banyak hal, mulai dari penumpang-penumpang aneh di jam-jam tidur masyarakat normal, hingga ia pun bisa menebak kalau saya pasti akan ke timur Negeri ini.

Bandara Sultan Hasanuddin terasa sepi di jam-jam seperti ini, di sekeliling orang – orang memecah keheningan dengan menyeruput kopi dan mengisap beberapa batang rokok. Beberapa orang terlentang terlelap di kursi-kursi tidak sanggup melawan rotasi bumi, ini memang jam-jam kritis untuk manusia normal. Saya langsung melakukan chek in dan membagasikan barang bawaan, hal-hal seperti ini selalu berkesan, selalu ada kata terbesik di dalam hati “akhirnya”.

Setelahnya saya mulai terbawa ke dalam lamunan, seperti apa Kota Kupang, bagaimana orang-orang disana, bagaimana makanannya, bagaimana cuacanya. Kota yang begitu asing, padahal kita sama-sama terlahir dari rahim Ibu Pertiwi. Orang – orangnya, saya mulai memikirkan orang-orang timur yang tergila-gila dengan musik, yang suaranya merdu dan beberapa tingkah kocak. Orang timur juga sedikit kasar, namun itu tidak begitu menganggu, kita masih sama-sama orang timur di dalam hati saya mencari pembelaan.

Akhirnya saya masuk juga kedalam pesawat, ini akhirnya yang kedua yang terbesik didalam hati. Saya duduk di kursi paling depan, ini pengalaman pertama duduk di paling depan, berhadapan dengan Pramugari dan pintu darurat. Saya berpikir jika terjadi situasi emergency mungkin saya hanya akan menyelamatkan Pramugarinya, mungkin itu akan menjadi kisah yang menarik ketimbang tidak ada sama sekali yang selamat. Sesekali dia menangkap mataku yang menatapnya, dia mungkin sudah mulai curiga dengan apa yang saya pikirkan atau mungkin dia sudah terbiasa dengan tatapan-tatapan. Setelahnya saya mulai tertidur dan melupakan rencana penyelamatan yang tidak mungkin terjadi itu, saya berharap tidak ada kisah yang menyenangkan di balik bencana.

Setelah dua jam berlalu kami mendarat mulus di bandara Eltari, saya melirik keluar jendela, saya penasaran seperti apa bandara International Eltari. Bandara ini ternyata masih dalam proses pembangunan baik gedung dan landasan, suara gurindam lebih ramai daripada suara-suara manusia-manusia yang beraktivitas disana. Mungkin setelah dua tahun kemudian saya mengunjunginya lagi bandara ini akan menjadi salah satu bandara terbaik di negeri ini. Beberapa turis juga terlihat menunggu bagasi, beberapa orang turis menenteng peralatan surfingnya dan ya pada akhinya saya menginjakan kaki di kota kupang. Kota kupang adalah basecamp kami, setelahnya kami akan ke banyak tempat di NTT, di Bandara Eltari saya sudah sedikit mendapat gambaran seperti apa orang-orang yang akan saya temui nantinya.

Setelah menunggu beberapa bagasi, saya di jemput Ibu Lia, seorang ibu yang baik dan pekerja keras yang bertugas di kantor cabang wilayah Kupang. Ibu lia menjadi beberapa ibu-ibu yang menurut saya baik, sosok ke ibuanya begitu kental, dan selama beberapa bulan di kupang ia menjadi orang paling berjasa membantu kami mengurusi segala sesuatu yang kami butuhkan. Ibu-ibu seperti ini pada akhirnya menjadi refernsi bujang seperti saya dalam memikirkan pasangan hidup kedepanya, hehehe.

Saya di antar ke Kantor cabang dan bertemu beberpa team yang tidak asing, saya pernah bertemu beberapa dari mereka sebelumnya. Kantornya diluar ekspektasi saya, awalnya saya membayangkan orang-orang bepakaian formal dan berwajah garang. Namun ini sungguh luar biasa, ini seperti rumah yang nyaman, dinamika kehidupan berjalan menyenangkan, awalnya saya menjadi orang baru dan kemudian mulai akrab ke semua team. Dalam suasana keragaman seperti ini saya selalu menanamkan toeransi, saya tidak ingin menjadi magnet yang hanya memihak pada satu sisi, saya ingin menjadi kedua tangan yang merangkul.


Pada akhirnya, setelah perjalanan yang luar biasa, sesuatu yang baru sealau luar biasa, saya menyerah juga menjadi manusia tidak normal, saya merebahkan badan di kasur dan berharap bangun dengan cerita yang lebih mendebarkan.

Muh. Fajri Salam  




Tidak ada komentar:

Popular