KISAH KLASIK KRISIS LISTRIK

***

Beberapa hari belakangan saya entah kecaduan atau hanya mencari hiburan menghabiskan beberapa waktu luang dengan membuka akun di jejaring facebook pribadiku. Beberapa hal membuat saya tersadar misalnya Jalur informasi difacebook tidak sama seperti semasa saya membuka dan gemar membukanya sejak awal-awal membuat akun. Dahulu konten atau status-status yang sering bermunculan adalah kisah-kisah cinta monyet semasa Abg atau kata-kata bijak dari kaum Intelek. Namun zaman merupakan jembatan perubahan segalanya. Kita memang masih berada pada petak yang sama yakni di jejaring maya, dumay hingga berubah menjadi warganet. Kita yang dulu dan sekarang masih sama pada tempat yang sama, yang berbeda adalah konten yang mulai berubah entah karena kemajuan atau tekanan-tekanan ataupun efek dari kemajuan itu sendiri.

Belakangan ini saya melihat banyaknya konten-konten yang berisi keluh kesah atau saja kritik-kritik panas kepada beberapa orang berpengaruh secara universal mungkin ke sebuah institusi. Sebenarnya banyak berita-berita bertebaran didunia maya dari skala nasional hingga local. Dahulu mungkin agak sulit mendapati berita-berita digital yang dibagikan dijejaring maya, terlebih sekali lagi hanya kisah-kisah menyenangkan, yang mungkin saja masih selaras dengan tujuan dari facebook itu sendiri. Entahlah mungkin sekarang facebook menjadi jejaring yang merangkum seluruhnya kedalam  pembahasan dengan skala yang besar dan memiliki segala aspek. 

Terlepas dari perubahan karakter, atau pergantian peran yang ada dijejaring social yang saya pakai sejak 2009 silam ini sejujurnya pada beberapa pembahasan saya merasa terhibur dan informative, semisal kiriman-kiriman dari beberapa bloger yang sengaja saya ikuti yag memiliki ciri tulisan yang informatif dan bersifat real dengan sudut pandang yang logis. Atau juga berita olah raga semisal Manchester United dan beberapa foto-foto keren karya Nasional namun dikagumi oleh warga International. Beberapa hal positif tersebut membuka kesadaranku terhadap pentingnya informasi yang real dibandingkan dengan informasi yang hanya mengejar rating terbanyak atas selera masyarakat yang mudah terprofokasi akan berita-berita sedikit tidak berguna jika dilihat dari sisi media yang mengulasnya.

-
Lalu tentang krisis yang saya maksud adalah btapa kritis hasil pemikiran dari beberapa teman dunia maya atau warganet yang notabenenya adalah teman-teman yang ada didunia nyatapula, beberapa hari ini kisah klasik yang selalu diangkat, diulas dengan pemikiran masing-masing tentang krisis listrik didaerah terpencil disebelah tenggara Sulawesi. Kepulauan Wakatobi tepatnaya di Pulau Tomia, Pulau yang selalu saya bangga-banggakan disetiap kesempatan. Krisis listrik sebetulnya tidak begitu enak lagi dibicarakan pada saat krisis yang sama kembali terulang. Ini hampir sama dengan memakan masakan yang dipanasi berulang-ulang.

Sayapun tidak terlalu tahu menahu akan duduk permasalahan yang terjadi sekarang hingga memicu beberapa komentar-komentar miring yang menyebar luas ke telepon genggam yang serba cangging hingga kelaptop-laptop pribadi atau perkantoran. Dulu permasalahan yang sering muncul adalah kurangnya bahan bakar mengingat PLN menggunakan mesin diesel degan menggunakan bahan bakar solar, dibeberapa kesempatan terjadi keterlambatan penyuplaian bahan bakar yang dikarenakan oleh beberapa factor entah factor alam atau factor manusia itu sendiri. Factor alam munkin sangat berpengaruh dikarenakan medan yang harus ditempuh oleh kapal-kapal minyak harus menyebrangi laut-laut kepulauan Wakatobi yang bersambugan langsung dengan laut Banda yang terkenal dengan keganasanya dibeberapa musim.

Namun jika itu merupakan factor masusia maka yang harus dipertanyakan adalah profesionalisme dari masing-masing tenaga ahli. PLN merupakan perusahaan besar milik Negara yang merupakan jantung penerangan Negara hingga kepelosok bagaimanapun caranya, sangat disayangkan jika masih memiliki tenaga-tenaga ahli yang belum menguasai bidangnya. Memang mesin diesel yang biasa deigunakan pada listrik memiliki tingkat kerumitan tersendiri dibandingkan dengan mesin diesel lain. Yang saya apresiasi disini adalah penggunaan teknisi local. Memang sudah seharusnya teknisi locallah yang menjadi ujung tombak penerangan daerah. saya tidak meragukan lagi skil yang dimiliki tekisi-teknisi local yang telah bertahun-tahun menjaga pulau tetap terang dimalam hari walaupun beberpa waktu tejadi masalah-masalah yang tidak diharapkan terjadi.

Saya yakin segala pihak yang ada di ruang lingkup PLTD Waha telah mengupayakan yang terbaik untuk ketersediaan listrik di pulau kecil ini. Sebetulnya tidak sepatutnya kita mengambil bagian sebagai pihak yang dirugikan hingga saliang menyalahkan mengkritik hingga menebar cemohan diruang-ruang public yang siapa saja bisa terbakar. Seandainya jika kita saling support sebagaiman sembonyang yang selalu dibangga-banggakan, kata gotong royong bisa saja diartikan sebagai saliang membantu atau menyuport satu sama lain. Terlebih kita hidup dalam pulau yang bisa dikatakan kecil. Kita seolah saling menyalahkan sedangkan kita bisa saling membenahi.

Memang keberadaan listrik adalah salah satu pilar paling penting demi kemajuan masyarakat moderen, terkhususus dipulau tomia. Mimpi-mimpi akan daerah parawisa skala global dengan 27 spot diving, spot terbanyak diantara pulau-pulau lainya., dengan kawasan segitiga karang dunia pulau tomia adalah jantung dari surga-surga tersebut. Mungkin saja apa yang diangan-angankan tidak akan tercapai jika terus-menerus saling menyalahkan dengan persoalan yang sama namun tidak tertarik untuk mencari solusi yang bisa di pecahkan bersama-sama.

Apa dengan menebar segala keluh kesah, segala kerugian-kerugian, segala kebencian-kebencian akan menyelesaiakan masalah.? Tentu saja kita masih akan berporos pada permasalahan yang sama terulang-ulang tanpa solusi. Kita hanya biasa saliang mengkritik begitupun demikin yang saya lakukan. Kita saling melempar presepsi dari segala sisi yang menurut nalar kita masing-masing adalah logis. Ada baiknya kita menyamakan pandangan. Apa yang kita pandang adalah hal yang sama demi kemajuan bersama pulau yang sama-sama kita cintai.

Didalam gelap gulitanya pulau kita saling membicarakan. Tidak ada pembahasan menarik selain cahaya yang terang benderang. Segalanya seolah ada yang bertanggung jawab menyembunyikan cahaya pada malam hari, kita memulai melempar pandangan ditengah kegelapan yang lain ikut menyamai gerakan pandangan. Begitu mudahnya. Andai saja terang benderang mungkin saja kita akan memandang kesegala arah, wajah-wajah itu memasang wibawa menjadi pahlawan. Yang berperan menundukan kepala, acuh tak butuh pujian namun selalu di cemohnya setiap langkah kaki yang keliru.

Bagiku siapa yang harus disalahkan itu tidaklah penting apalagi menebarnya sebagai kebencian, sebagai kesalahan mutlak yang selalu terjadi. Sebagai penyakit yang tak kunjung sembuh-sembuh berabad-abad lamanya. Seandainya menebarnya sebagai apa yang harus dilakukan mungkin akan sedikit meringankan bukannya menebar tekanan. Seandainya didalam sebuah permasalahan kita memiliki pandangan yang sama dengan mengubah segala kebencian itu menjadi segala solusi yang positive mungkin saja terang benderanglah pulau kecil itu.
-
Masalah listrik masalah klasik, tanpa solusi tidak akan selesai. Jika menebar kebencian apa bedanya kalian dengan listrik yang mati..?

Muh. Fajri Salam
2017/10/10

Tidak ada komentar:

Popular