Beberapa hari
belakangan saya entah kecaduan atau hanya mencari hiburan menghabiskan beberapa
waktu luang dengan membuka akun di jejaring facebook pribadiku. Beberapa hal
membuat saya tersadar misalnya Jalur informasi difacebook tidak sama seperti
semasa saya membuka dan gemar membukanya sejak awal-awal membuat akun. Dahulu konten
atau status-status yang sering bermunculan adalah kisah-kisah cinta monyet
semasa Abg atau kata-kata bijak dari kaum Intelek. Namun zaman merupakan
jembatan perubahan segalanya. Kita memang masih berada pada petak yang sama
yakni di jejaring maya, dumay hingga berubah menjadi warganet. Kita yang dulu
dan sekarang masih sama pada tempat yang sama, yang berbeda adalah konten yang
mulai berubah entah karena kemajuan atau tekanan-tekanan ataupun efek dari
kemajuan itu sendiri.
Belakangan ini
saya melihat banyaknya konten-konten yang berisi keluh kesah atau saja
kritik-kritik panas kepada beberapa orang berpengaruh secara universal mungkin
ke sebuah institusi. Sebenarnya banyak berita-berita bertebaran didunia maya
dari skala nasional hingga local. Dahulu mungkin agak sulit mendapati
berita-berita digital yang dibagikan dijejaring maya, terlebih sekali lagi
hanya kisah-kisah menyenangkan, yang mungkin saja masih selaras dengan tujuan
dari facebook itu sendiri. Entahlah mungkin sekarang facebook menjadi jejaring
yang merangkum seluruhnya kedalam pembahasan
dengan skala yang besar dan memiliki segala aspek.
Terlepas dari
perubahan karakter, atau pergantian peran yang ada dijejaring social yang saya
pakai sejak 2009 silam ini sejujurnya pada beberapa pembahasan saya merasa
terhibur dan informative, semisal kiriman-kiriman dari beberapa bloger yang
sengaja saya ikuti yag memiliki ciri tulisan yang informatif dan bersifat real
dengan sudut pandang yang logis. Atau juga berita olah raga semisal Manchester
United dan beberapa foto-foto keren karya Nasional namun dikagumi oleh warga International.
Beberapa hal positif tersebut membuka kesadaranku terhadap pentingnya informasi
yang real dibandingkan dengan informasi yang hanya mengejar rating terbanyak
atas selera masyarakat yang mudah terprofokasi akan berita-berita sedikit tidak
berguna jika dilihat dari sisi media yang mengulasnya.
-
Lalu tentang
krisis yang saya maksud adalah btapa kritis hasil pemikiran dari beberapa teman
dunia maya atau warganet yang notabenenya adalah teman-teman yang ada didunia
nyatapula, beberapa hari ini kisah klasik yang selalu diangkat, diulas dengan
pemikiran masing-masing tentang krisis listrik didaerah terpencil disebelah
tenggara Sulawesi. Kepulauan Wakatobi tepatnaya di Pulau Tomia, Pulau yang
selalu saya bangga-banggakan disetiap kesempatan. Krisis listrik sebetulnya
tidak begitu enak lagi dibicarakan pada saat krisis yang sama kembali terulang.
Ini hampir sama dengan memakan masakan yang dipanasi berulang-ulang.
Sayapun tidak
terlalu tahu menahu akan duduk permasalahan yang terjadi sekarang hingga memicu
beberapa komentar-komentar miring yang menyebar luas ke telepon genggam yang
serba cangging hingga kelaptop-laptop pribadi atau perkantoran. Dulu permasalahan
yang sering muncul adalah kurangnya bahan bakar mengingat PLN menggunakan mesin
diesel degan menggunakan bahan bakar solar, dibeberapa kesempatan terjadi
keterlambatan penyuplaian bahan bakar yang dikarenakan oleh beberapa factor entah
factor alam atau factor manusia itu sendiri. Factor alam munkin sangat
berpengaruh dikarenakan medan yang harus ditempuh oleh kapal-kapal minyak harus
menyebrangi laut-laut kepulauan Wakatobi yang bersambugan langsung dengan laut Banda
yang terkenal dengan keganasanya dibeberapa musim.
Namun jika
itu merupakan factor masusia maka yang harus dipertanyakan adalah
profesionalisme dari masing-masing tenaga ahli. PLN merupakan perusahaan besar
milik Negara yang merupakan jantung penerangan Negara hingga kepelosok
bagaimanapun caranya, sangat disayangkan jika masih memiliki tenaga-tenaga ahli
yang belum menguasai bidangnya. Memang mesin diesel yang biasa deigunakan pada
listrik memiliki tingkat kerumitan tersendiri dibandingkan dengan mesin diesel
lain. Yang saya apresiasi disini adalah penggunaan teknisi local. Memang sudah
seharusnya teknisi locallah yang menjadi ujung tombak penerangan daerah. saya
tidak meragukan lagi skil yang dimiliki tekisi-teknisi local yang telah
bertahun-tahun menjaga pulau tetap terang dimalam hari walaupun beberpa waktu
tejadi masalah-masalah yang tidak diharapkan terjadi.
Saya yakin
segala pihak yang ada di ruang lingkup PLTD Waha telah mengupayakan yang
terbaik untuk ketersediaan listrik di pulau kecil ini. Sebetulnya tidak
sepatutnya kita mengambil bagian sebagai pihak yang dirugikan hingga saliang
menyalahkan mengkritik hingga menebar cemohan diruang-ruang public yang siapa
saja bisa terbakar. Seandainya jika kita saling support sebagaiman sembonyang
yang selalu dibangga-banggakan, kata gotong royong bisa saja diartikan sebagai
saliang membantu atau menyuport satu sama lain. Terlebih kita hidup dalam pulau
yang bisa dikatakan kecil. Kita seolah saling menyalahkan sedangkan kita bisa
saling membenahi.
Memang keberadaan
listrik adalah salah satu pilar paling penting demi kemajuan masyarakat moderen,
terkhususus dipulau tomia. Mimpi-mimpi akan daerah parawisa skala global dengan
27 spot diving, spot terbanyak diantara pulau-pulau lainya., dengan kawasan
segitiga karang dunia pulau tomia adalah jantung dari surga-surga tersebut. Mungkin
saja apa yang diangan-angankan tidak akan tercapai jika terus-menerus saling
menyalahkan dengan persoalan yang sama namun tidak tertarik untuk mencari
solusi yang bisa di pecahkan bersama-sama.
Apa dengan
menebar segala keluh kesah, segala kerugian-kerugian, segala
kebencian-kebencian akan menyelesaiakan masalah.? Tentu saja kita masih akan
berporos pada permasalahan yang sama terulang-ulang tanpa solusi. Kita hanya
biasa saliang mengkritik begitupun demikin yang saya lakukan. Kita saling
melempar presepsi dari segala sisi yang menurut nalar kita masing-masing adalah
logis. Ada baiknya kita menyamakan pandangan. Apa yang kita pandang adalah hal
yang sama demi kemajuan bersama pulau yang sama-sama kita cintai.
Didalam gelap
gulitanya pulau kita saling membicarakan. Tidak ada pembahasan menarik selain
cahaya yang terang benderang. Segalanya seolah ada yang bertanggung jawab
menyembunyikan cahaya pada malam hari, kita memulai melempar pandangan ditengah
kegelapan yang lain ikut menyamai gerakan pandangan. Begitu mudahnya. Andai saja
terang benderang mungkin saja kita akan memandang kesegala arah, wajah-wajah
itu memasang wibawa menjadi pahlawan. Yang berperan menundukan kepala, acuh tak
butuh pujian namun selalu di cemohnya setiap langkah kaki yang keliru.
Bagiku siapa
yang harus disalahkan itu tidaklah penting apalagi menebarnya sebagai
kebencian, sebagai kesalahan mutlak yang selalu terjadi. Sebagai penyakit yang
tak kunjung sembuh-sembuh berabad-abad lamanya. Seandainya menebarnya sebagai
apa yang harus dilakukan mungkin akan sedikit meringankan bukannya menebar tekanan.
Seandainya didalam sebuah permasalahan kita memiliki pandangan yang sama dengan
mengubah segala kebencian itu menjadi segala solusi yang positive mungkin saja
terang benderanglah pulau kecil itu.
-
Masalah listrik
masalah klasik, tanpa solusi tidak akan selesai. Jika menebar kebencian apa
bedanya kalian dengan listrik yang mati..?
Muh. Fajri
Salam
2017/10/10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar