WISATA KULINER



Coto Makassar dan Semangkok Kenangan

 
(Perpaduan Makan Gifo dan Melamun)

Coto Makassar makanan khas kota daeng yang melegenda. Tidak lengkap rasanya jika mengunjungi kota daeng tanpa mencicipi lezatnya menu khan kota daeng ini. Coto Makassar adalah menu sejuta umat segala lini kalangan hampir mencicipinya, tua dan mudah tidak masalah, kaya dan miskin juga apalagi. Coto Makassar yang diracik hampir sama diseluruh  warung kelas bawah, menengah hingga kelas kakap. Daging yang tenggelam didalam kuah yang telah dicampuri beberapa rempah-rempah terbaik nusantara, lalu disuguhkan dengan beberapa ketupat, adalah hari-hari sempurnah yang tidak terlupakan menjadi masyarakat kota daeng selama lima tahun.
 
(Kuliner Coto Makassar)
Resep coto Makassar tidak lagi menjadi rahasia sang koki. kita bisa menemukanya dengan mudah, sebut saja situs Google yang telah merangkul segala macam artikel dengan liar tidak terkecuali resep coto Makassar yang melegenda itu. Daging sapi adalah andalan jika ada coto Makassar yang tidak menggunakan daging sapi mungkin saya tidak akan memakanya. Lalu banyak bahan-bahan dapur yang telah dicampurkan semisal bawang merah, jahe, lengkuas, serai, daun salam, kacang tanah, minyak sayur, ketumbar, cabai dan lain-lain. kenikmatan coto Makassar sejauh saya menikmatinya terletak pada kuah yang telah dicampuri dengan teliti dengan bahan-bahan diatas. Dan biasanya pemilik warung atau restoran hanya memberi beberapa potong daging atau hati sapi.

(Coto Paraikatte Cabang Perintis)
Ada Beberapa tempat populer yang saya datangi dikala tanggal muda yang menjadikan coto Makassar menjadi menu andalanya. tanggal disaat dompet usang menemukan kemerdekaan. Sebut saja coto paraikatte, masyarakat kota Makassar pasti mengenal tempat ini dengan baik. Coto paraikatte memiliki beberapa cabang yakni di Jl. Perintis kemerdekaan, Jln. Andi Pangeran Petarani, dan juga Jln. Sultan Alauddin. Beberapa kali saya mendatangi coto paraikatte di Jln. Perintis dan mendapatkan semangkok coto Makassar hati dan daging secara gratis. Saya harus berterimakasih kepada “Jimen” teman seangkatan dikampus yang merupakan keluarga besar coto paraikatte ini, sekali lagi terimakasih yang tidak tehingga kepada “Jimen” semoga usahanya tetap menjadi yang terbaik di kota daeng.

(Coto Nusantara)

Tidak heran coto paraikatte ini mennjadi salah satu tempat favorit dikota Makassar, tempat yang nyaman, racikan rempah dan daging yang lembut serta diiringi musik-musik klasik dari pemusik yang duduk di pintu masuk, siapa yang tidak tertarik. coto nusantara yang berada didepan kantor gubrnur Sulawesi selatan juga merupakan referensi kuliner coto Makassar yang wajib dicoba, konon coto nusantara adalah tempat andalan Pak Gubernur Sulawesi Selatan. Area yang dekat dengan kampus UMI dan kantor Gubernur Sulawesi Selatan ini kerap ramai dikunjungi penikmat coto Makassar.

***
(Tugu Kota Bungku)

Coto Makassar menikmatinya adalah candu, dan candu selalu mendatangkan kerinduan, dan rindu selalu terselip kenangan. Akhir pekan kemarin tidak sengaja saya menemukan sajian cotto Makassar yang nikmat di kota Bungku Sulawesi Tengah, kota yang mungkin awan di semua telinga warga Negara Indonesia, kota yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Morowali. Tidak jauh dari perkantoran Bupati Kabupaten Morowali berjejer dengan rapi warung-warung makanan yang kebanyakan dibangun dengan berbahan kayu dan diwarnai dengan rapi. Tempat yang mudah ditemukan karena lokasinya yang berada tepat dipinggir jalan trans Sulawesi dan juga perkantoran kaum elit. Diwarung-warung ini kita bisa menikmati sajian coto Makassar dengan mendengarkan musik yang hampir seluruh pemilik warung memiliki aliran dan selera musik yang sama yakni dangdut koplo.

(Well This is Me, Ceritanya Mau Lihat Harga)

Dari aliran musik diwarung coto Makassar ini kita mungkin bisa meraba-raba asal muasal sang koki yang menyajikan sajian nikmat coto Makassar Di Kota Bungku ini. Aliran dangdut koplo sangat familiar ditelinga masyarakat jawa dibandingkan masyarakat Sulawesi yang kebanyakan lebih senang mendengarkan musik daerah dari musisi daerah. Menemukan masyarakat jawa di Sulawesi itu sudah biasa, beberapa lokasi dijadikan pemukiman oleh masyarakat jawa yang kebanyakan datang dari Bayuwangi, sebut saja Sukamaju didaerah Palopo dan Bahomakmur yang berada dikawasan industri Pabrik pengolahan nikel terbesar dikawasan Asia Tenggara PT.IMIP Morowali. Namun menemukan masyarakat jawa yang lihai meracik menu andalan khas Makassar ini adalah hal yang tidak biasa, memang harus diakui masyarakat jawa terkenal dengan skilnya didapur.

Coto Makassar memang masakan yang menurut saya legenda. Sekarang kita bisa menemukannya dimana-mana, entah itu dari sang koki berdarah Bugis Makassar atau dari sang koki yang pernah bertandang dikota daeng. yang pastiya siapapun kokinya kekhasan rasa dan sajian coto Makassar pasti menyiratkan  makna tentang masyarakat kota daeng. Menikmati semangkuk coto Makassar serasa berostalgia, memakanya dengan melamun juga tidak menjadi masalah dan mungkin kita akan terbawa kebebrapa kehidupan yang menarik di kota daeng ini. Kita bisa menyaksikan masyarakat kota daeng yang sibuk dan keras, namun disaat mereka sedang menikmati coto Makassar kita akan melihat kelembutan masyarakat Makassar.

Saya harus berterimakasih kepada sang koki yang mencintai musik koplo daripada coto Makassar ini. Setelah saya hitung mundur sudah sebelas bulan tidak pernah merasai lagi masakan legenda ini. Dibeberapa kota yang saya singgahi pasti selalu ada yang menyediakan menu andalang ini, dan seingatku keinginan untuk singgah dan duduk menikmatinya sungguh besar. Namun dikota Bungku inilah puncak kerinduan akan selera didalam semangkok coto Makassar. Dan terimakasih telah mengembalikan beberapa bait kenangan akan kota daeng yang kami cintai walau dalam daftar kependudukan saya hanya sebagai mahasiswa Universitas Suwasta dikota daeng.

Muh. Fajri salam
Morowali 29-11-2017


Baca Juga:

https://beribukabut.blogspot.co.id/2017/11/buruh-pabrik.html#more

-





Buruh Pabrik



***
(foto by; Google)

Sang surya belum menampakan cahayanya pagi ini. Baru saja lepas sholat subuh dimesjid, para tetua masih khusyu dengan zikirnya menyambut mega-mega sang surya. Tidak terasa telah kuhabiskan empat bulan di tanah Sulawesi tengah. Bagian hidup yang tidak pernah kurencanakan seblumnya, borneo dan cendrawasih adalah ekspektasi sekaligus tujuan destinasi mencari jatih diri sejatinya. Namun menyaksikan kehidupan para buruh pabrik di perut Sulawesi adalah sesuatu yang paling ku syukuri sejauh ini.

Tanah Sulawesi tenggara dan Sulawesi tengah adalah jalur penyebaran nikel paling banyak sejauh ini di Negara yang kaya raya ini. Tidak heran banyak perusahaan-perusahaan tambang nikel disepanjang jalur ini. Mulai dari pertambangan milik lokal hingga milik para investor-investor China. Tiga tahun yang lalau pas momen berakhirnya masa pemerintahan SBY secara mengejutkan keluar peraturan mentri nomor sepuluh yang mengharuskan adanya pabrik pengolahan untuk mengolah Ore sebelum di export kenegri China yang merupakan tujuan export paling utama.

Permen nomor sepuluh yang banyak memakan korban. Perusahaan-perusahaan tidak kuasa menggulung tikar. Tidak kuasa menutup Ore yang terlanjur ditumpuk dengan terpal-terpal tebal. Tidak kuasa menutup pintu-pintu kantornya. Permen nomor sepuluh menutup keran sumber mata pencarian para engginer, para penambang, para buruh. Dan permen nomor sepuluh yang baik hati menjaga kekayaan bumi nusantara. Sebelumnya hasil bumi kita selalu dijual beserta tanahnya kenegri-negeri luar. Hampir tidak ada bedanya dengan menjual tanah kita sendiri.

Bukan China namanya kalau melepaskan galian bumi itu begitu saja. Galian bumi dari tanah yang kaya raya. Sesekali saya juga takjub dengan kehebatan negeri China ini. Ada yang bilang kelak negeri China ini akan menguasai dunia. Negeri yang memiliki sumber daya manusia yang melimpah. Masyarakat yang padat dan memiliki sumber daya yang memphuni. Saya sudah menyaksikan para masyarakat China ini yang rajin, yang bkerja keras mereka juga adalah buruh dipabrik-pabrik para penguasanya dibumi Sulawesi Tengah.

Investasi terbesar China pun berlanjut pada puncak politik Presiden Joko Widodo, pabrik pengolahan nikel terbesar dikawasan Asia tenggara resmi dibangun dengan megah di Sulawesi Tengah. Pabrik yang menampung ribuan buruh Indonesia dan China. Menaungi beberap kontraktor besar di China. Sangat mengherankan pabrik sebesar ini dan investasi sebesar ini tidak disentuh oleh media. Padahal jika melihat reputasi media kita yang tergolong kejam. 

Buruh pabrik inilah yang kumaksud, yang kusaksikan pagi ini. Suara motor para buruh pabrik, bising memenuhi ruang suara menggusur keheningan, kealamian pagi. Ribuan buruh pabrik pribumi memenuhi jalan-jalan sempit, jalan trans Sulawesi. Sebelumnya desa ini adalah desa mati, barulah setelah berdiri pabrik megah itu para buruh dari berbagai daerah datang membanjiri menjadi tenaga kasar hingga tenaga ahli. Para buruh yang tidak mengenal usia datang menyambung nyawa, bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja.

Banyak hal yang hal yang patut disyukuri dengan minimnya lapangan pekerjaan di Negara ini. Keberadaan pabrik pengolahan terbesar di asia tenggara tersebut jelas membuka kembali keran penghasilan para pengusaha-pengusaha tambang. Membuka kembali map-map para pencari kerja, tidak main-main puluhan ribu karyawan memenuhi pabrik ini. Dari lulusan Sma hingga sarjanawan S1-dan S2. Banyaknya pencari kerja ditempat ini membuka tabir bahwa Negara kita belum bisa mengatasi ketersediaan lapangan pekerjaan. 

Namun yang patut dipertanyakan adalah seimbangnya tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja China. Beredar kabar para tenaga kerja China ini datang hanya menggunakan visa wisata katanya. Alangkah meruginya negeri ini jika membiarkan warga Negara lain bekerja begitu saja hanya menggunakan visa wisata. Para pekerja China ini dengan licik silih beganti bertukaran dengan tenaga kerja china lainya ketika visa wisata mereka telah berakhir. Memang ada beberapa mungkin yang menggunakan visa pekerja, itu adalah mereka yang menggunakan helem-helem merah atau putih. 

Dimedia sosia seperti facebook mungkin beberapa kali beredar informasi tentang para warga China yang membanjiri bandara kendari Sulawesi Tenggara. Isu-isupun sesekali di anggap hoax oleh beberapa media tanah air. Beberapa kali juga saya melihat disosial media, unggahan photo beberapa warga China berjalan kaki di jalanan berlumpur di daerah morosi Sulawesi Tenggara namun tidak ada yang menganggap itu sebagai suatu hal yang serius. Jelas ini tidak lagi menjadi rahasia, hal ini sudah banyak diketahi oleh masyarakat kita namun tidak pernah ditanggapi dengan serius. Kita seolah membiarkan hal ini begitu saja, padahal jelas-jelas kita dirugikan dalam perihal hak menjadi warga Negara. Bayangkan saja lapangan pekerjaan yang semestinya untuk kita namun diambil olah warga Negara lain..?

Jika melihat siapa investornya.? Iya kita harus mengakuinya beberapa nama besar datang dari negeri China. Namun jika melihat kembali siapa yang mempunyai lahan, siapa yang mempunya bongkahan batu yang memiliki kandugan Nikel.? Jelas semua itu adalah milik kita. Tidak bisa dipungkiri dalam beberapa hal kita dirugikan dan kita memilih bungkam untuk semuah itu. Para buruh juga memilih bungkam jika berpikir akan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan ditanah air kita. Entahlah membahas kehidupan bangsa kita memang seperti meluruskan benang yang kusut. Negara yang terus diisap sumber daya alamnya dan Negara yang terus tunduk akan sumberdaya manusianya. 

Semoga sejahtera buruh pabrik, masa depan bangsa juga berada ditanganmu, bungkam akan kebenaran memang menyakitkan. Mereka memandangmu hanya beberapa orang yang haus akan materi yang berteriak hanya untuk kenaikan upah. Padahal jika melihatnya lebih dekat, jelas akan kita sadari siapa sebenarnya yang haus akan materi siapa sebenarnya yang menghalalkan semua cara, siapa sebenarnya yang menodai aturan. Jelas buruh pabrik aturan tidak berlaku untuk kaum raja dinegeri ini. Mereka kaya dan bebas, mereka menggenggam aturan ditanganya, mematahkanya jika menusuknya. 

Menyalahkan kelakuan bangsa lain atas bangsa kita juga merupakan hal yang tidak  bijak. Mari berpikir kira-kira apakah tamu akan masuk jika tidak dipersilahkan masuk, apakah pencuri akan masuk jika tidak ada kesempatan sebelumnya..?

Muh. Fajri Salam
Morowali 26-11-2017

GAS DI BUMI IBU PERTIWI









(foto Blok Mahakam. sumber Google)

***
Orang bilang tanah kita adalah tanah surga itulah pepatah yang sering kita dengar semasa kecil. Pikiran kita telah mempercayai kekayaan bumi Ibu Pertiwi semenjak kanak-kanak, namun dewasa ini kebanyakan dari kita tidak percaya lagi akan sandangan tanah surga Ibu Pertiwi. Sejatinya kekayaan alam Negeri kita melimpah ruah itu dibuktikan dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang menanamkan investasi ditanah surga ini. Kita hampir punya segalahnya dari sector Migas, Batubara, Nikel, Emas.

Sector Migas jelas menjadi urat nadi kehidupan Ibu Pertiwi. Kita merupakan Negara keseblas yang menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Dengan kata lain Negara lainpun bergantung pada kita, tidak heran Negara ini masuk dalam anggota negara-negara pengeksport minyak (OPPEC). Sector Migas juga berpengaruh pada pendapatan Negara dan kesejahteraan Bangsa, kita bisa bercermin pada Negara-negara kaya di Timur tengah karena kita sama-sama Negara yang kaya raya.

Namun sayangnya minyak dan gas bumi yang merupakan urat nadi Ibu Pertiwi merupakan sumber energy yang tidak terbaharukan, ini berarti bisa saja akan habis terpakai atau saja tidak mencukupi lagi kebutuhan masyarakat. Seperti halnya yang terjadi pada Era Millenia ini yakni Data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) 2016 menyebut bahwa produksi minyak bumi Indonesia hanya 831.000 barrel per hari. Angka itu, jauh dari kebutuhan nasional yang mencapai 1,6 juta barrel per hari.

Sebelum melangkah lebih jauh alangkah lebih baik kita mengenali sector Migas ini terlebih dahulu, minyak dan gas bumi terbentuk dari fosil-fosil tumbuhan, hewan  dan organism yang telah mati jutaan tahun yang lalu dan terperangkap jauh didalam lapisan bumi. Itulah sebabnya jika melihat proses pemboran sumur minyak dan gas bumi bisa mencapai kedalaman 2000 hingga 3000 meter dibawah lapisan permukaan bumi. Minyak dan gas selalu berada pada bagian yang sama, gas yang memiliki unsur hydrocarbon tercampur didalam kandungan minyak yang masih mentah namun karena unsur gas lebih ringan daripada minyak bumi maka gas berada diatas lapisan minyak bumi pada susunan reservoir. Itulah sebabnya dalam proses pemboran dan produksi gaslah yang pertama keluar dan dialirkan pada kilang-kilang minyak dan gas bumi. 

Pada awalnya gas selalu dibakar habis karena minimnya teknologi pada masa itu dan minyak bumilah yang diangkut setelah kandungan gas yang keluar dari sumur telah habis dibakar. Namun sekarang dengan sumber daya minyak bumi yang semakin tipis dikarenakan konsumsi minyak bumi dan cadangan yang tidak mencukupi, disinilah baru disadari pentingnya menggunakan energy lain untuk mengurangi penggunaan minyak bumi. negara-negara maju didunia juga berpikir untuk mengganti minyak bumi dengan menggunakan gas bumi yang dipandag lebih ramah lingkungan dan masih mempunyai cadangan yang banyak.

Minyak dan gas bumi memiliki manfaat yang sama yakni sebagai bahan baku pembakaran yang membedakan hanyalah unsur-unsur kimianya. gas yang sebagian besar adalah Metana (CH4) memiliki sifat yang mudah menguap sehingga dalam proses produksi , gas biasanya dicairkan menjadi LNG (Liquit Natural Gas) dan LPG (Liqut Petrolium Gas). Di Indonesia penggunaan minyak bisa dikatakan sangat tinggi dibandingkan penggunaan gas bumi, sebut saja PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakarnya, dan kebanyakan penggunaan gas digunakan pada industry pabrik pupuk dan juga bahan bakar rumah tangga seperti LPG.
***
Cadangan gas alam Indonesia terbagi hampir merata diseluruh wilayah, mulai dari aceh hingga papua barat, sebut saja PGN, PT.Pertamina, LNG Tangguh, PT. Nusantara Regash, Blok Mahakam dan juga beberapa perusahaan Luar Negeri seperti Chevron Pasific. Tentunya itu merupakan nama-nama yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia jika membicarakan sector hulu Migas. Cadangan gas bumi yang dimiliki Indonesia pastilah masih banyak dibandingkan dengan cadangan minyak bumi. jika selama ini minyak bumi kebanyakan kita eksport keluar negeri sangat disayangkan jika hal tersebut juga menjadi hal yang sama kepada gas bumi yang kita miliki.

Beberapa problema pasti ada dalam hal membumikan gas bumi di Negara tercinta ini. Salah satu masalah yang mencolok adalah infrastruktur. Telah menjadi  rahasia umum jika infrastrukturlah yang menghambat laju gas bumi kedapur-dapur masyarakat menengah maupun kalangan bawah di Indonesia bagian timur mengingat salah satu cadangan terbesar berada dikawasan Indonesia timur. Gas yang disalurkan melalui pipa-pipa dari kilang-kilang gas tentunya kebanyakan terdapat di Indonesia bagian barat. Memang tidak bisa dipungkiri kalau konsumen terbanyak dan pusat perkotaan dan perekonomian terbesar ada di pulau jawa dan sekitarnya, namun alangkah tidak adilnya jika masyarakat dibagian timur Indonesia masih menggunakan kayu bakar yang nyatanya memiliki sumber daya alam yang melimpah.

Upaya membumikan gas bumi pastilah tidak terlepas dari minimnya cadangan minyak bumi diseluruh Negara. Juga harga minyak dipasaran yang tiap tahun tidak stabil karena berpatokan pada harga minyak dunia. Isu kenaikan harga BBM pastilah menjadi isu yang paling panas hingga membakar hati masyarakat, itu bisa dilihat dari banyaknya unjuk rasa atau demo-demo masalah harga BBM jika terjadi kenaikan harga. Naiknya harga BBM juga mempengaruhi harga-harga yang lain mulai dari naiknya tarif angkutan umum hingga naiknya harga sembako, karena keseluruhanya haruslah menggunakan transportasi dan transportasi membutuhkan BBM. Menariknya jika harga BBM turun itu tidak berpengaruh pada harga-harga yang sudah terlanjur dinaikan.

Langkah yang paling efektif untuk membumikan gas bumi tentunya harus di dahului dengan pembangunan infrastruktur yang merata diseluruh kepulauan-kepulauan Negara Kesatuan Republic Indonesia. Tentu ini menjadi tantangan tersendiri mengingat luas lautan kita lebih luas dibanding daratan. Gas bumi yang pastilah sudah dicairkan bisa diangkut melalui kapal-kapal dan juga pipa, disinilah peran pemerentih pusat hingga daerah berperan penting. Kapal-kapal pengangkut gas membutuhkan pelabuhan-pelabuhan serta kilang yang memadai disetiap daerah-daerah yang dianggap perlu.

Sosialisasi juga perlu dilakukan, banyak masyarakat masih awam akan penggunaan bahan bakar gas ini. Masyarakat kita pasti lebih memilih menggunakan minyak daripada gas dari segi keamanan walaupun jika dilihat dari segi harga jelas gas bumi lebih stabil dipasaran. Masyarakat lebih memilih harga yang tinggi untuk keselamatan, salah satu contoh real yang sering terjadi adalah gas LPG tiga kilogram yang sering memakan korban jiwa. Namun angka-angka kecelakaan yang dikarenakan oleh pengguna LPG tiga kilogram itu kebanyakan murni kelalaian konsumen, disinilah semestinya sosisalisasi penggunaan gas yang baik dan aman dilakukan.

Secara pribadi saya lebih memilih menggunakan gas dibandingkan gas bumi. gas tiga kilogram dipasaran hanya Rp. 35000 sedangkan minyak 9000 hingga 10000/liter. Gas bisa digunakan hingga 2-3 minggu sedangkan minyak hanya bertahan kurang dari seminggu. Kemasan gas yang disimpan didalam tabung juga lebih aman dibandingkan minyak yang biasanya disimpan didalam botol yang mudah tumpah. Angka kecelakan gas memang banyak tapi tidak sesering kebakaran yang disebabkan oleh minyak. Gas juga lebih ramah lingkungan, unsur gas yang lebih ringan jika menguap dan terbang ke angkasa tidak merusak lapisan ozon. dan terakhir jika melihat kondisi cadangan minyak dunia yang kian tahun kian berkurang, serta harga selangit dari kegiatan explorasi minyak bumi tidak ada alasan untuk mencari alternative lain seperti gas bumi.

Akhir kata “Mari Membumikan Gas Bumi”.!!!

Muh. Fajri Salam
Morowali 21-11-2017



COFFEE TIME





(Photo Google.com)

***

Pagi yang damai. Segala puja puji dipagi yang buta. Kami bukanlah para pejuang subuh seperti halnya yang disuarakan oleh kaum fanatik. Biarlah kami hanya menjadi hamba saja. Itu saja sudah cukup selama jiwa dan raga tetap setiap kepadamu yang Maha Esa. Seperti halnya takdir yang telah digoreskan oleh tinta Ilahi. Kami hamba yang selalu tunduk, kami memuji sepanjang hari, sepanjang hayat, karena kami hanyalah umat terlemah dihamparan permukaan bumi.

Pagi adalah waktu yang paling sakral, membuka jendala menyaksikan segala yang masih bernafas, kepunyaanNya segala sesuatu termaksud nafas-nafas yang masih terjaga dipagi buta. Pagi yang begitu terik membakar semangat para buruh-buruh pabrik berlalu lalang dijalan-jalan takdir, sepertinya sudah tertulis didalam barisan-barisan takdir selamanya. Pagi yang sangat istimewa, saya hanya menjadi saksi kehidupan, menyaksikan kalian sambil menyeruput kopi pahit tanpa gula sebutirpun.

Menyeruput kopi serupa meruntuhkan semua keluh kesah didada, semuanya terhambur pada pekatnya kopi. Hari ini adalah hari pahlawan, begitupun tidak kubiarkan sebutir gula menjadi pahlawan menjadi rasa pahit menjadi sedikit kemanis-manisan, hingga memperbaiki suasana hari yang lalu-lalu hingga kini. Biarlah segalanya terhambur dengan segala kepahitan kopi. Biarlah yang lalu berlalu, mengenang pahlawan sama halnya memutar roda waktu, setiap orang punya masanya. Terberkatilah para pahlawanku, yang baik kukenang yang baik-baik semestinya kami lanjutkan.

Pada hari yang sakral ini lagi saya membatin masih meyakini bangsa kita bangsa ini memang masilah bangsa buruh. Sejarah telah memastikan kemerdekaan namun sekarang apalah artinya kemerdekaan yang hakiki.?. Terimaksih telah mengantarkan kami kegerbang kemerdekaan, tujuan kalian tercapai namun saya yakin mimpi kalian akan bangsa ini pastilah belum tercapai sama sekali. Saya melihat mimpi-mimpi usang dikoar-koarkan dari generasi-kegenerasi namun beginilah kepahitan dari sebuah kenyataan, tetap saja kita hanyalah Negara yang berkembang dan ragu-ragu untuk mekar.

Kita tinggal serumah didalam rumah yang ramai dan saling mengetahui kebusukan masing-masing. Kita diam kala bertatap muka dan saling membicarakan dibelakang badan. Biarlah begini saja, toh kami berada dibarisan paling terbelakang dinegeri Ibu Pertiwi ini. Kepahitan aka diskriminasi telah lama kami telan bahkan sebulum menangis pertama kali dibumi pertiwi. Menikmati kemerdekaan bagaikan menyeruput kopi pahit dipagi buta, begitulah makna-makna tersirat dari kaum-kaum dibangku belakang.

Sudahlah lupakan saja. Kian lama dipikirkan jadinya semakin pahit. Kalian yang setara dengan dewa-dewa duduklah dikursi-kursi empuk itu, nikmatilah ruangan-ruangan sejukmu, minumlah minuman-minuman manis seperti selerahmu sesukamu, makanlah makanan-makanan mewah. maka buncitlah perutmu dari kerja-kerja segelintir orang yang kau perlihatkan kepalsuan harapan duniawi. Begitulah system kapitalisme bekerja dan kita sepakat untuk tidak menyukainya. Ah, tidak kalian pura-pura tidak menyukainya.

Dari desa-desa ditengah bumi Sulawesi kalian menutup mata dengan segala yang telah kalian rencanakan atas megahnya tembok-tembok pabrik China..? biar ku kutip seorang Pahlawan berkata ia adalah Tan Malaka “Tuan Rumah Tidak Akan Berunding Dengan Maling Yang Menjarah Rumahnya”. Kenyataanya pesan seorang pahlawan yang tak tersampaikan bukan. Diera Demokrasi yang penuh dengan teori kebebasan ini, seharusnya kita tidak sebebas itu sampai harus menelanjangi Ibu Pertiwi.

cukup, maafkan dosa kami Ibu Pertiwi.

Muh. Fajri salam
10-november-2017

Popular