***
(foto by; Google)
Sang surya
belum menampakan cahayanya pagi ini. Baru saja lepas sholat subuh dimesjid,
para tetua masih khusyu dengan zikirnya menyambut mega-mega sang surya. Tidak
terasa telah kuhabiskan empat bulan di tanah Sulawesi tengah. Bagian hidup yang
tidak pernah kurencanakan seblumnya, borneo dan cendrawasih adalah ekspektasi
sekaligus tujuan destinasi mencari jatih diri sejatinya. Namun menyaksikan
kehidupan para buruh pabrik di perut Sulawesi adalah sesuatu yang paling ku
syukuri sejauh ini.
Tanah
Sulawesi tenggara dan Sulawesi tengah adalah jalur penyebaran nikel paling
banyak sejauh ini di Negara yang kaya raya ini. Tidak heran banyak
perusahaan-perusahaan tambang nikel disepanjang jalur ini. Mulai dari
pertambangan milik lokal hingga milik para investor-investor China. Tiga tahun
yang lalau pas momen berakhirnya masa pemerintahan SBY secara mengejutkan
keluar peraturan mentri nomor sepuluh yang mengharuskan adanya pabrik
pengolahan untuk mengolah Ore sebelum di export kenegri China yang merupakan
tujuan export paling utama.
Permen nomor
sepuluh yang banyak memakan korban. Perusahaan-perusahaan tidak kuasa
menggulung tikar. Tidak kuasa menutup Ore yang terlanjur ditumpuk dengan
terpal-terpal tebal. Tidak kuasa menutup pintu-pintu kantornya. Permen nomor sepuluh
menutup keran sumber mata pencarian para engginer, para penambang, para buruh.
Dan permen nomor sepuluh yang baik hati menjaga kekayaan bumi nusantara.
Sebelumnya hasil bumi kita selalu dijual beserta tanahnya kenegri-negeri luar.
Hampir tidak ada bedanya dengan menjual tanah kita sendiri.
Bukan China
namanya kalau melepaskan galian bumi itu begitu saja. Galian bumi dari tanah
yang kaya raya. Sesekali saya juga takjub dengan kehebatan negeri China ini.
Ada yang bilang kelak negeri China ini akan menguasai dunia. Negeri yang
memiliki sumber daya manusia yang melimpah. Masyarakat yang padat dan memiliki
sumber daya yang memphuni. Saya sudah menyaksikan para masyarakat China ini
yang rajin, yang bkerja keras mereka juga adalah buruh dipabrik-pabrik para
penguasanya dibumi Sulawesi Tengah.
Investasi
terbesar China pun berlanjut pada puncak politik Presiden Joko Widodo, pabrik
pengolahan nikel terbesar dikawasan Asia tenggara resmi dibangun dengan megah
di Sulawesi Tengah. Pabrik yang menampung ribuan buruh Indonesia dan China.
Menaungi beberap kontraktor besar di China. Sangat mengherankan pabrik sebesar
ini dan investasi sebesar ini tidak disentuh oleh media. Padahal jika melihat
reputasi media kita yang tergolong kejam.
Buruh pabrik
inilah yang kumaksud, yang kusaksikan pagi ini. Suara motor para buruh pabrik,
bising memenuhi ruang suara menggusur keheningan, kealamian pagi. Ribuan buruh
pabrik pribumi memenuhi jalan-jalan sempit, jalan trans Sulawesi. Sebelumnya
desa ini adalah desa mati, barulah setelah berdiri pabrik megah itu para buruh
dari berbagai daerah datang membanjiri menjadi tenaga kasar hingga tenaga ahli.
Para buruh yang tidak mengenal usia datang menyambung nyawa, bekerja untuk
hidup atau hidup untuk bekerja.
Banyak hal
yang hal yang patut disyukuri dengan minimnya lapangan pekerjaan di Negara ini.
Keberadaan pabrik pengolahan terbesar di asia tenggara tersebut jelas membuka
kembali keran penghasilan para pengusaha-pengusaha tambang. Membuka kembali
map-map para pencari kerja, tidak main-main puluhan ribu karyawan memenuhi
pabrik ini. Dari lulusan Sma hingga sarjanawan S1-dan S2. Banyaknya pencari
kerja ditempat ini membuka tabir bahwa Negara kita belum bisa mengatasi
ketersediaan lapangan pekerjaan.
Namun yang
patut dipertanyakan adalah seimbangnya tenaga kerja Indonesia dengan tenaga
kerja China. Beredar kabar para tenaga kerja China ini datang hanya menggunakan
visa wisata katanya. Alangkah meruginya negeri ini jika membiarkan warga Negara
lain bekerja begitu saja hanya menggunakan visa wisata. Para pekerja China ini
dengan licik silih beganti bertukaran dengan tenaga kerja china lainya ketika
visa wisata mereka telah berakhir. Memang ada beberapa mungkin yang menggunakan
visa pekerja, itu adalah mereka yang menggunakan helem-helem merah atau putih.
Dimedia
sosia seperti facebook mungkin beberapa kali beredar informasi tentang para
warga China yang membanjiri bandara kendari Sulawesi Tenggara. Isu-isupun
sesekali di anggap hoax oleh beberapa media tanah air. Beberapa kali juga saya
melihat disosial media, unggahan photo beberapa warga China berjalan kaki di
jalanan berlumpur di daerah morosi Sulawesi Tenggara namun tidak ada yang
menganggap itu sebagai suatu hal yang serius. Jelas ini tidak lagi menjadi
rahasia, hal ini sudah banyak diketahi oleh masyarakat kita namun tidak pernah
ditanggapi dengan serius. Kita seolah membiarkan hal ini begitu saja, padahal
jelas-jelas kita dirugikan dalam perihal hak menjadi warga Negara. Bayangkan
saja lapangan pekerjaan yang semestinya untuk kita namun diambil olah warga
Negara lain..?
Jika melihat
siapa investornya.? Iya kita harus mengakuinya beberapa nama besar datang dari
negeri China. Namun jika melihat kembali siapa yang mempunyai lahan, siapa yang
mempunya bongkahan batu yang memiliki kandugan Nikel.? Jelas semua itu adalah
milik kita. Tidak bisa dipungkiri dalam beberapa hal kita dirugikan dan kita
memilih bungkam untuk semuah itu. Para buruh juga memilih bungkam jika berpikir
akan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan ditanah air kita. Entahlah
membahas kehidupan bangsa kita memang seperti meluruskan benang yang kusut.
Negara yang terus diisap sumber daya alamnya dan Negara yang terus tunduk akan
sumberdaya manusianya.
Semoga
sejahtera buruh pabrik, masa depan bangsa juga berada ditanganmu, bungkam akan
kebenaran memang menyakitkan. Mereka memandangmu hanya beberapa orang yang haus
akan materi yang berteriak hanya untuk kenaikan upah. Padahal jika melihatnya
lebih dekat, jelas akan kita sadari siapa sebenarnya yang haus akan materi
siapa sebenarnya yang menghalalkan semua cara, siapa sebenarnya yang menodai
aturan. Jelas buruh pabrik aturan tidak berlaku untuk kaum raja dinegeri ini.
Mereka kaya dan bebas, mereka menggenggam aturan ditanganya, mematahkanya jika
menusuknya.
Menyalahkan
kelakuan bangsa lain atas bangsa kita juga merupakan hal yang tidak bijak. Mari berpikir kira-kira apakah tamu
akan masuk jika tidak dipersilahkan masuk, apakah pencuri akan masuk jika tidak
ada kesempatan sebelumnya..?
Muh. Fajri Salam
Morowali 26-11-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar