Buruh Pabrik



***
(foto by; Google)

Sang surya belum menampakan cahayanya pagi ini. Baru saja lepas sholat subuh dimesjid, para tetua masih khusyu dengan zikirnya menyambut mega-mega sang surya. Tidak terasa telah kuhabiskan empat bulan di tanah Sulawesi tengah. Bagian hidup yang tidak pernah kurencanakan seblumnya, borneo dan cendrawasih adalah ekspektasi sekaligus tujuan destinasi mencari jatih diri sejatinya. Namun menyaksikan kehidupan para buruh pabrik di perut Sulawesi adalah sesuatu yang paling ku syukuri sejauh ini.

Tanah Sulawesi tenggara dan Sulawesi tengah adalah jalur penyebaran nikel paling banyak sejauh ini di Negara yang kaya raya ini. Tidak heran banyak perusahaan-perusahaan tambang nikel disepanjang jalur ini. Mulai dari pertambangan milik lokal hingga milik para investor-investor China. Tiga tahun yang lalau pas momen berakhirnya masa pemerintahan SBY secara mengejutkan keluar peraturan mentri nomor sepuluh yang mengharuskan adanya pabrik pengolahan untuk mengolah Ore sebelum di export kenegri China yang merupakan tujuan export paling utama.

Permen nomor sepuluh yang banyak memakan korban. Perusahaan-perusahaan tidak kuasa menggulung tikar. Tidak kuasa menutup Ore yang terlanjur ditumpuk dengan terpal-terpal tebal. Tidak kuasa menutup pintu-pintu kantornya. Permen nomor sepuluh menutup keran sumber mata pencarian para engginer, para penambang, para buruh. Dan permen nomor sepuluh yang baik hati menjaga kekayaan bumi nusantara. Sebelumnya hasil bumi kita selalu dijual beserta tanahnya kenegri-negeri luar. Hampir tidak ada bedanya dengan menjual tanah kita sendiri.

Bukan China namanya kalau melepaskan galian bumi itu begitu saja. Galian bumi dari tanah yang kaya raya. Sesekali saya juga takjub dengan kehebatan negeri China ini. Ada yang bilang kelak negeri China ini akan menguasai dunia. Negeri yang memiliki sumber daya manusia yang melimpah. Masyarakat yang padat dan memiliki sumber daya yang memphuni. Saya sudah menyaksikan para masyarakat China ini yang rajin, yang bkerja keras mereka juga adalah buruh dipabrik-pabrik para penguasanya dibumi Sulawesi Tengah.

Investasi terbesar China pun berlanjut pada puncak politik Presiden Joko Widodo, pabrik pengolahan nikel terbesar dikawasan Asia tenggara resmi dibangun dengan megah di Sulawesi Tengah. Pabrik yang menampung ribuan buruh Indonesia dan China. Menaungi beberap kontraktor besar di China. Sangat mengherankan pabrik sebesar ini dan investasi sebesar ini tidak disentuh oleh media. Padahal jika melihat reputasi media kita yang tergolong kejam. 

Buruh pabrik inilah yang kumaksud, yang kusaksikan pagi ini. Suara motor para buruh pabrik, bising memenuhi ruang suara menggusur keheningan, kealamian pagi. Ribuan buruh pabrik pribumi memenuhi jalan-jalan sempit, jalan trans Sulawesi. Sebelumnya desa ini adalah desa mati, barulah setelah berdiri pabrik megah itu para buruh dari berbagai daerah datang membanjiri menjadi tenaga kasar hingga tenaga ahli. Para buruh yang tidak mengenal usia datang menyambung nyawa, bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja.

Banyak hal yang hal yang patut disyukuri dengan minimnya lapangan pekerjaan di Negara ini. Keberadaan pabrik pengolahan terbesar di asia tenggara tersebut jelas membuka kembali keran penghasilan para pengusaha-pengusaha tambang. Membuka kembali map-map para pencari kerja, tidak main-main puluhan ribu karyawan memenuhi pabrik ini. Dari lulusan Sma hingga sarjanawan S1-dan S2. Banyaknya pencari kerja ditempat ini membuka tabir bahwa Negara kita belum bisa mengatasi ketersediaan lapangan pekerjaan. 

Namun yang patut dipertanyakan adalah seimbangnya tenaga kerja Indonesia dengan tenaga kerja China. Beredar kabar para tenaga kerja China ini datang hanya menggunakan visa wisata katanya. Alangkah meruginya negeri ini jika membiarkan warga Negara lain bekerja begitu saja hanya menggunakan visa wisata. Para pekerja China ini dengan licik silih beganti bertukaran dengan tenaga kerja china lainya ketika visa wisata mereka telah berakhir. Memang ada beberapa mungkin yang menggunakan visa pekerja, itu adalah mereka yang menggunakan helem-helem merah atau putih. 

Dimedia sosia seperti facebook mungkin beberapa kali beredar informasi tentang para warga China yang membanjiri bandara kendari Sulawesi Tenggara. Isu-isupun sesekali di anggap hoax oleh beberapa media tanah air. Beberapa kali juga saya melihat disosial media, unggahan photo beberapa warga China berjalan kaki di jalanan berlumpur di daerah morosi Sulawesi Tenggara namun tidak ada yang menganggap itu sebagai suatu hal yang serius. Jelas ini tidak lagi menjadi rahasia, hal ini sudah banyak diketahi oleh masyarakat kita namun tidak pernah ditanggapi dengan serius. Kita seolah membiarkan hal ini begitu saja, padahal jelas-jelas kita dirugikan dalam perihal hak menjadi warga Negara. Bayangkan saja lapangan pekerjaan yang semestinya untuk kita namun diambil olah warga Negara lain..?

Jika melihat siapa investornya.? Iya kita harus mengakuinya beberapa nama besar datang dari negeri China. Namun jika melihat kembali siapa yang mempunyai lahan, siapa yang mempunya bongkahan batu yang memiliki kandugan Nikel.? Jelas semua itu adalah milik kita. Tidak bisa dipungkiri dalam beberapa hal kita dirugikan dan kita memilih bungkam untuk semuah itu. Para buruh juga memilih bungkam jika berpikir akan minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan ditanah air kita. Entahlah membahas kehidupan bangsa kita memang seperti meluruskan benang yang kusut. Negara yang terus diisap sumber daya alamnya dan Negara yang terus tunduk akan sumberdaya manusianya. 

Semoga sejahtera buruh pabrik, masa depan bangsa juga berada ditanganmu, bungkam akan kebenaran memang menyakitkan. Mereka memandangmu hanya beberapa orang yang haus akan materi yang berteriak hanya untuk kenaikan upah. Padahal jika melihatnya lebih dekat, jelas akan kita sadari siapa sebenarnya yang haus akan materi siapa sebenarnya yang menghalalkan semua cara, siapa sebenarnya yang menodai aturan. Jelas buruh pabrik aturan tidak berlaku untuk kaum raja dinegeri ini. Mereka kaya dan bebas, mereka menggenggam aturan ditanganya, mematahkanya jika menusuknya. 

Menyalahkan kelakuan bangsa lain atas bangsa kita juga merupakan hal yang tidak  bijak. Mari berpikir kira-kira apakah tamu akan masuk jika tidak dipersilahkan masuk, apakah pencuri akan masuk jika tidak ada kesempatan sebelumnya..?

Muh. Fajri Salam
Morowali 26-11-2017

Tidak ada komentar:

Popular