SIAL MASA CUTI USAI



THIS ABOUT MY MOM


Hari ini hari terakhir masa cutiku. 12 hari sengaja saya habiskan bersama ibu dirumah. Ini pertemuan kesekian ribu kalinya bersama ibu. Saya memang selalu meninggalkanya entah itu seperti dahulu kala saat merantau untuk mencari ilmu, dan sekarang saya harus pergi lagi untuk mempertaruhkan karir, juga harapan dikehidupan yang fana ini. Perpisahan merupakan hal yang lumrah dikeluarga ini, entah saya yang pergi atau mereka yang pergi.

Saya menemui ibu di sebuah kota kecil di Kerajaan Buton. Ibu sudah sepuluh bulan disana menghabiskan waktu menemani nenek yang kami cintai. Sudah tiga tahun nenek sakit-sakitan terkulai lemas di kasur malasnya atau dikursi rodanya. Aktivitas fisik nenek hanya duduk dan tidur saya sangat sedih melihatnya badanya kegemukan, lemak dari makanannya menimbun tak pernah dibakar. Nenekku yang bebas kemana-mana dahulu kini kehilangan kebebasanya.

Ibu menjaga nenek dengan ikhlas. Ibu sudah yatim piatu dua tahun lalu. Lalu nenek adalah yang terakhir sekarang yang ibu dan ayah miliki, juga yang kami semua miliki. Keluarga kami tercerai berai, saya yang harus mewujudkan mimpiku akhirnya menemukan batu loncatan pertama di Morowali, kedua kakakku juga sama memulai karir di dua sudut 180 derajat, terpisah antara Makassar dan Wakatobi, kedua adikku juga sama sekolah di tempat dan kota yang berbeda, juga ayah yang hilir mudik menunaikan tugasnya sebagai Pegawai Negeri, tinggallah ibu dirumah menjaga yang paling berharga di keluarga kami.

Saya menghabiskan 12 hariku menemani ibu. Ibu memang tidak suka keluar rumah keluar jalan-jalan ke toko atau tempat perbelanjaan lain yang lebih mewah seperti plaza seperti ibu-ibu gaul di era moderen ini. Tidak ibu lebih senang dirumah kontras dengan saya yang lebih suka berpetualang kemana-mana, namun didekat ibu saya selalu memilih berdiam memerhatikanya, petualanganku lebih menantang didekat ibu, saya akan memerhatikanya memasak, membersihkan rumah, menonton film india di Tv, dan menahan hawa nafsu meminum kopi, ah kenapa juga ibu harus melarangku minum kopi walaupun aturan itu hanya berlaku jika bersama ibu.

Ah saya khawatir ibu sakit-sakitan kemarin. Ia habis jatuh di kamar mandi kini tulang rusuknya yang bengkok nyaris saja mengenai hati. Belum lagi sakitnya yang dulu gara-gara terpeleset tulang pinggangnya juga bermasalah, lalu beberapa minggu yang lalu jatuh lagi ketika hendak menjenguk nenek. Saya khawatir ibu beberapa kali jatuh, memang ia masih nampak sangat kuat, tapi kini ia juga harus terpaksa mengkonsumsi obat resep dari dokter tulang.

Masa cutiku habis, saya harus kembali bekerja, berjibaku pada dunia yang akhirnya saya mulai membencinya. Perusahaan ini, menganut kapitalisme, mereka yang kaya tersenyum sambil menginjak leher para buruh pabrik, sayangnya para buruk malah senang. Saya harus mengakui system ini bobrok, tidak adil, tidak manusiawi, tapi sayangnya saya hanya bisa berkeluh kesah, saya sangat membencinya. Saya harus pulang menyusuri jalan-jalan hampa itu.

Saya yang pulang dengan kekhawatiran terhadap ibu malah ibu bersikap serupa. ibu yang khawatir menasehati untuk berhati-hati, musim hujan yang tidak bersahabat pada aspal membasahinya hingga membuat jalan-jalan menjadi licin. Ibu masih saja menasehati agar tidak jatuh sedangkan saya sangat khawatir karna ibu beberapa kali jatuh, saya mengangguk saja dengan hati yang dipenuhi kekhawatiran dan kesedihan.

Pada akhirnya saya harus kembali bekerja, batu loncataan ini belum kuat menumpu kaki untuk melompat ketempat yang lebih tinggi. Saya tidak mengharapkan lagi perusahaan ini menjadi sandaran untuk waktu yang lama, sistemnya betul-betul membuat hatiku terbakar, saya tidak menerima system kapitalisme itu.sialnya saya harus menempuh 300 KM untuk sampai di Morowali, ibu pasti kwatir karna tempat kerjaku kejauhan.

Saya menembus jalan-jalan hampa dengan nasehat ibu. Ibu yang saya sangat cintai masih khawatir pada anaknya ini. Ah hatiku kembali panas padahal sekarang udara mulai membeku di selimuti derasnya hujan menghatam saya yang membelah udara. Kembali saya ratapi jalan-jalan panjang ini dengan kecewa saya harus mengakui pekerjaan ini masih menyisahkan rasa khawatir di hati ibu. Saya bukanya membuatnya senang bahwa anaknya kini dewasa dan hendak pergi kerja malah sebaliknya, saya harus menelan pil kekecewaan ini sepanjang jalan.

Irama hujan yang menghujam aspal-aspal ini membawa saya kesuara nasehat ibu yang khawatir akan hujan dan jalan-jalan yang akan saya lalui. Kembali lagi semangatku panas, saya mengingat resolusi perjuangan yang saya tulis awal bulan kemarin, kembali lagi pikiranku berat tidak kurasakan lagi beratnya helem full face ini. Saya masihvbelum membahagiakan ibu, saya kira akan gampang membuat ibu bahagia namun saya harus mengakui semua tindakanku malah semakin membuatnya khawatir.

Saya mengingat kenangan, betapa gampangnya saya katakan kelak akan saya bahagiakan ibuku. Seseorang entah siapa dalam bayangan itu bertanya kenapa hendak kamu akan bahagiakan ibumu.? Saya kembali menjawabnya dengan gaya remeh temeh itu, siapa lagi yang saya cintai selai ibuku, saya hanya berpisah karna hendak sekolah sejauh ini, jika bersamanya saya tidak akan kemana-mana selain duduk disamping orang yang saya cintai, tidak kah kau lihat bahwa semua gerak gerik itu adalah kecintaanku jawabku saat itu.

Namun kini saya tau itu bukan harapan yang mudah. Dari miliaran ibu didunia mungkin hanya beberapa orang yang akhirnya bahagia atau dibahagiakan anaknya. Iya saya menyadarinya kini, cinta ibu lebih besar dibanding cintaku, bisa saja cintaku besar namun cinta ibu lebih besar lagi. Bisa saja saya mengkhawatirkan ibu namun ibu lebih dan lebih lagi khawatirnya terhadapku. Maka sudahlah saya harus lebih giat lagi berjuang karna ibu belum bahagia sepenuhnya.

Muh. Fajri Salam
2018/01/21
Morowali


INDONESIA TIMUR YANG TERBELAKANG



* KURSI BELAKANG 

(Sumber Foto Google)

Asmat merupakan salah satu bukti diskriminasi ataupun ketidak merataan kehidupan di Negara Republik Indonesia ini. Saya masi ingat dahulu seorang dosen kami mengibaratkan kedudukan, perihal posisi yang harus kita sesuaikan ia menggambarkan kursi depan yang selalu duduk manis dan ditempati oleh orang-orang beruntung, ibarat pembagian makanan atau apa saja pernah kah dibagi dimulai dari kursi belakang.?. tidak pernah selalu dimulai dari kursi paling depan dan kursi paling belakang harus berharap was-was menunggu apakah kebagian atau tidak.? Begininah setidaknya kondisi Indonesia Timur yang berada di daerah terbelakang di Negara ini.

September 2017 kemarin, iya belum lama ini, Gizi buruk melanda masyarakat dibeberapa bagian distrik Kab. Asmat Papua. Saya melhat pemberitaannya tahun kemarin di beberapa blog dan juga akun seorang aktivis yang berasal dari tanah Papua. Mereka sama menyuarakan kondisi yang terjadi di Kab. Asmat. Saat itu media belum seheboh sekarang mengambil bagian untuk mengulurkan tangan, menyambung lidah menyampaikan bela sungkawa dan kabar duka.

Ibu pertiwi selalu menangis, 61 anak dikabarkan meninggal di Kabupaten Asmat. Anak-anak hitam bertubuh kurus dengan perut membesar. Anak-anak yang mengalami gizi buruk selalu rentang menghadapi penyakit yang menerjang. Nyawa dari generasi penerus yang akhirnya lebih memilih tidur dipangkuan Sang Maha Kuasa ketimbang menerima ketidak adilan di Negeri sendiri. kami memang berada di paling belakang, mata kalian tidak sanggup memandang kami, kami tau kalian sudah tua namun tetap kelaparan.

Masih ada ratusan jiwa lagi yang masih terancam. Namun begitulah, kita memang bukan keluarga apa peduli kalian kepada kami yang tidak pernah kalian lihat. Apa peduli kalian selain emas, tembaga, nikel. Bahan galian berat bernilai tinggi itu. Ia jelas kalian tidak akan peduli kepada kami kepada sagu yang menghidupi kami. Kalian hanya akan peduli pada jalan yang kalian permudah untuk mengangkut segala kekayaan yang tidak bisa kami angkat yang kami jaga namun kalian jarah, dengan hati memuram kami mengikhlaskan.

Kami yang dibelang negeri ini. Dibelakang tembok-tembok pencakar langit milik kalian. Digelap hutan kami hanya memandangi gemerlap cahaya sesak membelah malam. Kami yang hanya menyaksi tanpa kebagian disaat kalian membagi-bagiakan hasil jarahan yang katanya akan memberi kami bagian sebagai penjaganya namun kami tidak kebagian. Dan kami yang kebingungan melihat kalian yang manis, cantik dan sehat. Kalian adalah segalanya yang baik-baik. Dan kami hanyalah segala kepasrahan.

Disuatu masa kalian harus menyadari bahwa kalian sudah menjarah bagian terpenting dari kehidupan manusia. Kalian menjarah emas kami untuk bangsa untuk Republik Indonesia, apa yang tidak buat Negara tercinta ini. Kalian menjarah minyak, gas, nikel, tembaga dll, sekali lagi apa yang tidak kami berikan untuk Bangsa ini. Bangsa ini juga bagian dari kami. Namun ketika kalian telah merampas kehidupan kami maka  kami harus bertanya apa kami memang tidak di butuhkan Bangsa ini..?
***
Kabupaten Asmat adaah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota Kabupaten ini terletak di Agats. Kabupaten ini terletak didaerah pesisir pantai atau di pinggir sungai. Transportasi yang digunakan untuk menuju lokasi ini mengunakan speed boat yang kira-kira menghabiskan waktu 3 jam atau 4 jam. Belum lama ini wabah Campak dan juga Gizi buruk merenggut 61 nyawa anak di beberapa distrik. 

Gizi buruk sebagaimana kita ketahui adalah salah satu bentuk malnutrisi. Malnutrisi in adalah kesalahan dalam pemberian nutrisi, bisa berupa kekurangan ataupun kelebihan. Pada dasarnya penyebab gizi buruk adalah kekurangan asupan yang mengandung protein padahal protein ini digunakan oleh tubuh dalam  pembentukan sel-sel baru selain itu juga memperbaiki sel-sel yang rusak. Resiko kemeninggalan anak dengan gizi buruk 13 kali lebih beresiko daripada anak normal.

Penyebab gizi buruk adalah karena tidak memperoleh makanan dengan kandungan dengan energy yang cukup, umumnya ini berkaitan dengan masyarakat yang perekonomianya rendah. Pengetahuan orang tua terhadap malnutrisi juga sangat mempengaruhi terjadinya gizi buruk. Dan pada dasarnya gizi buruk ini bukanlah gangguan yang terjadi mendadak. Kondisi ini berlangsung secara perlahan. Dan apa yang terjadi di Kabupaten Asmat adalah salah satu bentuk kelambanan pemerintah dalam mengatasi ataupun juga memang tidak ada perhatian pemerintah pada wilayah Papua.

Campak adalah suatu inveksi virus yang sangat menular yang ditandai dengan demam, batuk, dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan oleh inveksi virus campak golongan Paramixovirus. Penularan inveksi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Kekebalan campak diperoleh setelah vaksinasi. Orang-orang yang rentang terhadap campak adalah bayi berumur 1 tahun, bayi yang tidak mendapatkan imunisasi, remaja dan dewasa yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Pencegahan dan pengobatan campak yaitu dengan vaksin campak yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Selain itu penderita juga harus disarankan untuk istrahat. dan makan-makanan yang bergizi agar kekebalan tubuhnya meningkat.

Wabah campak yang menginfeksi anak-anak gizi buruk di Kabupaten Asmat pada akhirnya semakin diperumit dengan kurangnya pengetahuan dari para orang tua. Ditambah parah lagi dengan kondisi puskesdes yang pegawainya entah kemana disituasi genting seperti ini. Ditambah parah lagi semakin lama berbulan-bulan, berlarut-larut wabah dan kondisi gizi buruk ini, pemerintah kabupaten memberi penanganan yang sangat lamban. Wabah yang tidak mengenal wajah Bupati ataupun Pegawai kesehatan Puskesdes Akhirnya mengakhiri nyawa anak-anak malang ini.

Pada akhirnya semua menyalahkan akses yang rumit, berlumpur, berhari-hari untuk sampai di pusat kesehatan di Ibu Kota Kabupaten, Pasien meninggal sebelum sampai dirumah sakit. Obat-obatan dan segala hal yang diperlukan sangat lamban karena akses jalan yang tidak memadai, biaya yang teramat mahal untuk sampai di distrik-distrik yang terinfeksi campak dan juga gizi buruk. Semua hal tersebut mengambarkan begitu mudahnya membiarkan masyarakat untuk kehilanagn nyawa, hanya cukup diberi harapan bantuan dan juga dimotivasi utuk sabar menunggu.

Kami tau Presiden kami yang tercinta telah membangun komunikasi yang baik dengan pemerintah daerah. Entah daerah manapun itu diwilayah timur Indonesia, namun kesemuanya meruncing pada rakyat. Kemakmuran dan keadilan itu yang harusnya tercapai. Dan realita yang terjadi adalah kami rakyat tidak merasakan kemakmuran itu, mungkin saja kemakmuran itu hanya milik segelintir rakyat yang punya jabatan sekelas pemerintah daerah kabupaten kecamatan atau desa. Dan tak ada setetes kemakmuran sedikitpun yang berakibat pada tubuh-tubuh anak-anak bergizi buruk.

Sekeras apapun pemerintah bersuara. Pendapat juga kebijakanya yang ditulis di media kiri kanan. Diberitakan rekamanya diulang berhari hari sepanjang  jaman pun tak akan ada pengaruhnya, yang dilihat adalah Rakyat. Karna sesungguhnya pemerintah hanyalah pengawal dari segala hak-hak dan kewajiban rakyatnya. Dan apa kabar semua kebijakan yang katanya tertata denga struktur yang rapi dari atas kebawah itu jika rakyatnya gizi buruk dan puluhan anak meninggal.?

Muh. Fajri Salam
2018/01/19
Morowali

SERBA SERBI MOROWALI



(Sumber Foto Mas Google)

Morowali ibu kota Sulawesi Tengah, daerah yang mungkin tidak asing lagi ditelinga pribumi. Daerah ini dijuluki daerah seribu tambang. Memang didaerah ini kata tambang dan istilah-istilah tambang semisal Ore dan lain-lain sudah familiar dibibir masyarakat Morowali. Tidak hanya tambangnya Morowali juga memiliki eksotisme pada parawisata lautnya, walaupun belum ter ekspos dalam skala nasional dan internasional seperti Wakatobi, Bali, Raja Ampat, Derawan. Morowali memiliki primadona yakni Pulau Sambori yang menyerupai Raja Ampat.
Belakangan ini banyak masyarakat dari beberapa daerah di sekitar Sulawesi Tengah bertransmigrasi kelokasi-lokasi tambang yang berada di Sulawesi Tengah. Jika mengunjungi salah satu daerah industri di Morowali seperti Bahodopi yang sekarang terkenal dengan Industri smelter terbesar di Asia Tenggara, didaerah ini kita akan disuguhi dengan pemandangan yang berbeda dengan pedesaan lain. desa ini dibanjiri oleh masyarakat dari berbagai daerah di Sulawesi. 

Etnis yang paling banyak memadati desa ini berasal dari daerah Palopo dan Tanah Toraja. Kabarnya di dinas Catatan Sipil kedua daerah tersebut sudah kewalahan dan menghentikan masyarakatnya yang berpindah penduduk ke daerah Morowali. Sulawesi Tenggara juga yang secara Geografis lebis dekat dengan Morowali tidak kalah. Fenomena ini menggambarkan masih banyaknya angka pengangguran yang tidak bisa diatasi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan di daerah Sulawesi.

Jika membahas angka pengangguran kabarnya masih ada ribuan berkas yang belum diproses oleh salah satu perusahaan industri smelter yang merupakan tujuan masyarakat yang bertransmigrasi ke Sulawesi Tengah. Jadi jika kabarnya ribuan tenaga kerja sudah ditampung oleh perusahaan tersebut maka masih ada ribuan pengangguran juga yang masih menunggu kemurahan hati perusahaan. Angka ribuan ini menggambarkan sulitnya mencari kehidupan di bumi pertiwi.

Secara umum memang Presiden kita yang tercinta memotivasi rakyatnya untuk kerja-kerja dan kerja. Namun bagi masyarakat Sulawesi yang dalam kehidupanya memang tidak bisa disamakan dengan masyarakat yang berasal daerah Jawa. Tidak semua masyarakat Sulawesi mampu memanfaatkan kemajuan teknologi, mampu mengembangkan inovasi dan kreatifitas untuk membangun sebuah usaha kreatif. Jika dilihat secara dekat masyarakat disini masih menerapkan pola kehidupan ikut tren. Contohnya jika si A bisnis Online dan menguntungkan maka yang lain akan mulai melirik bisnis tersebut dan menjiblaknya.

Begitu pula yang terjadi jika tetangganya ke Morowali dan sebulan atau tiga bulan kemudian mampu mencicil motor R15 maka daripada main domino atau Song ditongkrongan lebih baik pergi merantau seperti si tetangga yang sudah mampu mencicil R15. Industri pabrik memang menampung masyarakat dari berbagai latar belakang. Ia tidak memandang status sertifikat yang ia miliki kebanyakan dari pekerja pabrik hanya bermodalkan kesiapan dan kesungguhan untuk bekerja saja. Kuantitas lebih dikedepankan daripada kualitas, baginya kualitas itu urusan standar operasional yang jika dilihat sebenarnya standar adalah kualitas yang melindungi pekerja. 

Kehidupan di Bahodopi salah satu desa di Morowali memang sangat mencengangkan. Industri pabrik itu memang masih dalam status pembangunan namun sudah melakukan prosuksi. Badan audit mungkin terlambat atau mungkin saja sengaja untuk belum mengaudit. Kehidupan didesa ini mungkin akan sangat menarik jika dilihat dari kaca mata politik dan ekomoni dengan melihat perputaran ekonomi didesa yakni masyarakat yang memiliki akses yang jauh dengan perkotaan memaksa perputaran tersebut beporos disatu titik yakni lingkaran desa Bahodopi dan sekitarnya. Dan politik masing-masing desa memegang nama-nama masyarakat yang bertansmigrasi dari sekitar Sulawesi, arah politik sepertinya akan sangat mudah dibaca kemana suara akan mengalir dan ke rekening kepala desa mana aka mengalir.

Satu hal lagi yang luput dari pemberitaan, atau mungkin memang media memang dikendalikan. Mungkin melihat masyarakat yang berasal dari negeri china di bandara Kota Kendari bukan lagi pemandangan yang baru. Mereka bukanlah wisatawan yang hendak menghabiskan uangnya di Taman Nasional Wakatobi, atau ke Bunaken seperti visa wisata yang mereka pegang. Mereka adalah pekerja lain yang membanjiri desa Bahodopi dan industri tambang dimana investasi pengusaha china terdapat situ. Sekali lagi kita harus mempertanyakan segala hal yang terjadi dinegara kita tak terkecuali ribuan warga China yang membanjiri desa Bahodopi dan Morosi Sulawesi Tenggara

***
Semua hal diatas adalah sedikit gambaran singkat yang terjadi di Morowali terkhusus  untk daerah-daerah yang memiliki industri pabrik maupun pertambangan. Kita dapat menimbang hal positive dan negatifnya. Disatu sisi ribuan pekerja berasal dari pribumi yang sebelumnya kewalahan mencari kerja di negeri sendiri akhirnya mempunyai tempat sandaran untuk menaikan taraf hidup. Disisi lain ribuan pekerja asing yang statusnya dipertanyakan, apakah sebegitu tidak percayanya Negara kepada rakyatnya sendiri sehingga ribuan asing ini masuk bekerja begitu saja dengan mudah menggantikan posisi-posisi yang harusnya ditempati oleh rakyat sendiri.

Disisi lain kita harus menelaan kembali kemana arah kesejahteraan industri pabrik dan pertambangan ini, kantong siapa yang akhirnya tebal. Beberapa hari ini saya melihat di media massa memberitakan devisa Negara Tiongkok yang semakin naik, semakin maju, juga diringi dengan kemajuan devisa Negara Indonesia yang perlahan merangkak walaupun tidak signifikan. Kita mungkin sekarang sedang mengangumi China sebagai Negara asia yang mampu bersaing dikancah internasional. Namun pernahkah kita berpikir apa yang mereka lakukan hingga seperti itu, mungkin saja mereka punya banyak bidang yang memberi kemajuan di negaranya namun kita juga harus mempertanyakan kemajuan di bidang industri yang dimana negeri kita sendiri dijadikan lahanya.

Segala hal tersebut patut kita pertanyakan. Kita adalah masyarakat yang dijamin kesejahteraan dan kemakmuranya oleh Negara, juga keadilan. Masyarakat Sulawesi mungkin masih banyak yang terbelakang. Saya sudah menyusuri daerah Morowali sampai ke Sulawesi Tenggara, pemandangan pegunungan yang ompong denga hutanya yang sudah ditelanjang menjadi pemandangan yang menghantui sepanjang perjalanan. Pedesaan yang terisolasi memang akan menjadi tempat yang nyaman untuk bersembunyi. Apalagi jika bersembunyi di tengah-tengah harta karun sesekali-keluar untuk berfoya-foya mungkin itulah yang sebenarnya sedang terjadi. Hutan-hutan yang ditelanjangi itu kemana arahnya kesejahteraanya. 

Saya selalu mendoakan yang terbaik untuk negeriku. Semoga saja tanah kelahiranku Sulawesi yang diberkahi tidak di kapitalisasi. Semoga saja kesejahteraan menaungi masyarakat yang kesusahan mencari pekerjaan. semoga saja semua ketidak wajaran yang menghantui tanah Sulawesi ini hanya mimpi belaka. Dan jika ini hanyalah mimpi lekaslah bangun dan berbenah. kesadaraan yang kita perlukan sebagai manusia. Sekali lagi kita harus cepat sadar dan menyadari.

Muh. Fajri Salam
2018/01/15
Kota Semerbak

Mengintip Mahar La Nyalla

(Foto Uang Panai The Movie)


***
La Nyalla yang merupakan kader partai GERINDRA sejak 2009 itu kemarin marah-marah dalam jumpa persnya. Ibarat kebakaran jenggot ia blak-blakan menyampaikan permintaan sejumlah uang yang kemudian diartikan dalam beragam versi oleh berbagai media nasional. Ada yang menafsirkan ini sebahgai uang mahar politik yang biasa terjadi antara calon kader yang akan mendapatkan rekomendasi dari partai dan ada juga yang mengartikan ini sebagai pemalakan dari Pak Prabowo yang kemudian pemalakan ini tidak bisa diterima oleh partai GERINDRA.

La Nyalla Matalitti yang sebelumnya adalah mantan ketua PSSI juga pernah mendekap di jeruji besi dengan kasus penyalah gunaan danah hiba ini kabarnya bernazar jika keluar dari jeruji besi akan mewakafkan hidupnya untuk memimpin rakyat Jawa Timur, akan mengangkat hak dan keadilan Jawa Timur. La Nyalla pun bebas dari hukuman pada tanggal 18 juli 2017. Kabarnya La Nyalla diberikan surat tugas oleh partai untuk mencari partai koalisi demi kemenanganya dipanggung politik Jawa Timur.

Sebagai seorang yang hendak mewakafkan dirinya untuk berjuang demi keadilan masyarakat Jawa Timur lanyala berikhtiar untuk bersih dan tidak ingin memainkan politik uang. Rekomendasi dari partai ia inginkan dengan bersih tampa harus bernegosiasi dengan menggunakan uang. Ditambah lagi bahwa jika menyimak dari pengakuan La Nyalla dalam konferensi persnya ia didukung oleh para kiai juga pengusaha-pengusaha muslim di Jawa Timur. Pengusaha dan kiai-kiai ini merupakan alumni aksi 212 yang membela islam di Jakarta. La Nyalla sangat percaya diri dengan dukungan tersebut.

Kedekatan dan keterlibatan La Nyalla dengan aksi 212 memang harus dipertanyakan kembali, mengingat luputnya pemberitaan tentang La Nyalla dalam aksi 212. Kemudian La Nyalla membeberkan mahar 40 milyar sebagai dana saksi di Jawa Timur. Menurut La Nyalla dana 40 milyar tersebut diminta secara langsung oleh Pak Prabowo selaku ketua umum partai GERINDRA. Kontroversi 40 milyar inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai macam pendapat dari banyak pihak. Sebagai seorang yang ingin melalui jalan yang bersih menuju panggung politik Jawa Timur lanyala merasa uang tersebut sebagai pemulus jalan yang akan ia lalui hingga mendapatkan rekomendasi dari partai GERINDRA.

La Nyalla pun tidak terima dan mengembalikan surat tugas yang berbatas waktu hingga 20 desember tahun lalu untuk mencari koalisi partai yang akan mengusungnya. Kabarnya partai yang akan berkoalisi dengan GERINDRA adalah PAN dan PKS, ketua umum PAN Amin Rais kabarnya sudah setuju terhadap pencalonan dan koalisi bersama La Nyalla di Jawa Timur namun disaat yang berbeda ketua DPW Jatim partai PAN tidak setuju dengan pencalonan La Nyalla. La Nyalla juga menyalahkan perlakuan partai GERINDRA kepadanya, pasalnya ia dibiarkan mencari koalisi partai sendiri yang seharusnya katanya dibantu oleh partai.

Alhasil rekomendasi tidak didapatkan, La Nyalla mengembalikan surat tugas partai. Sebagai seorang yang telah berikhtiar dan bernazar mewakafkan hidupnya untuk memimpin masyarakat Jawa Timur La Nyalla merasa ini semua tidak adil dan ia tidak bisa menerima apa yang telah terjadi. Maka marah-marahlah lanyala kemarin, yang ia garis bawahi dari semua kegagalanya ikut perpartisipasi pada lintasan politik Jawa Timur di tahun 2018 ini adalah karena mahar yang gagal dinegosiasikan dengan Pak Prabowo sebagai ketua umum partai GERINDRA.

***
Bermacam pandanganpun mulai berkomentar dalam perihal mahar ini. Seperti halnya kader-kader partai GERINDRA yang lain seperti Anies Baswedan yang menanggapi bahwa tidak ada uang mahar dalam mendapatkan surat rekomendasi menjadi calon Gubernur namun dalam prakteknya politik memam membutuhkan dana yang besar untuk keperluan kegiatan kampanye dan kegiatan-kegiatan partai lainnya. Ridwan Kamil juga menanggapi serupa dengan Anies Baswedan bahwa memang tidak ada uang mahar tersebut.

Semalam disalah satu Tv nasional, Tv One menampilkan perdebatan sengit antara wakil ketua umum partai GERINDRA Arief Poyuono dengan Faizal Assegaf kuasa hukum La Nyalla. Tentu perdebatan panas keduanya adalah tentang mahar tersebut. Arief Poyuono dalam penjelasanya semalam sebenarnya mahar tersebut tidak ada malah GERINDRA bahkan katanya dahulu ketika Presiden Jokowi dan Ahok dalam kampanye politiknya dan kegiatan politiknya menjadi Gubernur Jakarta dibiayai oleh partai GERINDRA, hal itupun yang terjadi pada Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang dibiayai oleh kader-kader partai GERINDRA. Dan jika ingin memberi mahar pada La Nyalla dengan dana saksi terangya untuk daerah jawa timur dengan jumlah seluruh TPS nya sekitar 161 Milyar rupiah. 

Dari apa yang diterangkan oleh wakil ketua umum GERINDRA La Nyalla sebenarnya tidak dimintai mahar 40 milyar tersebut namun hanya ditanyakan kesiapan dana tersebut mengingat kasus sebelumnya membuat uang yang dimiliki La Nyalla dibekukan oleh Negara. La nayalla juga didukung penuh oleh partai dan kemudian diberikan surat tugas namun tidak tertera nominal didalamnya. Arief Poyuono juga menegaskan bahwa tidak ada mahar yang diminta oleh partai GERINDRA kepada La Nyalla dan kader-kader sebelumnya.

Perdebatanpun tak elakkan perihal penyepakatan perihal kata mahar dan dana saksi yang masing-masing digunakan oleh kedua bela pihak. Dipihak GERINDRA menyebutnya sebagai dana saksi untuk memenangkan La Nyalla dan dipihak La Nyalla menyepakati kata yang sudah terlanjur diartikan sebagai mahar politik yang memang identik dengan politik uang yang sudah menjadi rahasia umum didunia perpolitikan Indonesia.

Dari perdebatan-perdebatan dan kehebohan yang telah dipertontonkan kita bisa menarik benang merah, bahwasanya perpolitikan memang dalam prakteknya selalu identik dengan uang. Segala kegiatan perpolitikan di era ini pastilah memerlukan biaya yang sedikit-demi sedikit menjadi bukit. Dana kampanye yang menyentuh angka ratusan hingga milyaran juta itu merupakan hal yang wajar. Semua orang sudah memahami mahalnya prosesi politik berlangsung hingga naik  kepodium kemenangan disuatu wilayah. Belum lagi dana saksi yang diperbincangkan yang memang harus orang-orang yang terlatih dan trencana dengan struktur yang telah dimainkan didalam partai. Dan segalanya perihal perpolitikan ini tidak gratis.

Sungguh naïf jika La Nyalla ingin bermain politik dengan gratis dibangsa ini. Perihal mahar ataupun dana saksi yang dibebankan kepada La Nyalla kita harus mengakuinya bahwa itu perlu jika memang saksi-saksi dari berbagai TPS diperlukan. Namun jika pada akhirnya La Nyalla menanyakan uang mahar tersebut sebagai alasan tidak diberikannya rekomendasi sebagai calon Gubernur Jawa Timur kepadanya maka kita kembali mempertanyakan kebenaran tersebut. Wajar jika La Nyalla akhirnya tersakiti bila perihal mahar yang seharusnya dibayar dimuka ini kemudian ia tidak setujui menjadikan partai GERINDRA tidak merestuinya ikut dalam lintasan politik Jawa Timur. La Nyalla seharusnya mengerti bahwasanya uang mahar selalu diberikan didepan seperti pada umumnya jika memang mahar politik itu ada wallahualam.

Muh. Fajri Salam
2018/13/01
Kota Semerbak

Popular