Komika
menjadi ikon terpopuler dunia perkomedian di jagad hiburan tanah air memasuki
era millennium ini. Dahulu kita menonton komedi dilayar Tv melalui komedian-komedian
semisal Opera Van Java yang mengisahkan komedinya layaknya panggung wayang.
Acara-acara komedi juga biasanya banyak berjamur pada masa-masa bulan puasa
menemani masyarakat menunggu waktu-waktu ibadah atau waktu-waktu berbuka puasa.
Namun kini bukan hal yang langka menemukan aksi-aksi komedian dengan adanya
alumnus-almnus stand up komedi yang mampu melakukan komedi secara personal.
Stand up
komedi menjadi cara berkomedi yang sangat disukai oleh masyarakat era milenium.
Pasalnya seorang komika akan mengisahkan sesuatu yang dijadikan menjadi hal
yang lucu kepada para audiens. Belakangan para stand up merupakan orang-orang
yang sangat di kagumi oleh masyarakat ditanah air. Tidak salah jika mengagumi
para komika tersebut karena dalam kesehariannya berkomedi para komika biasanya
membicarakan materi-materi yang tidak terlepas pada kehidupan keseharian
masyarakat kita, entah itu yang lagi viral di media sosial atau saja tentang
isu-isu kedaerahan masing-masing yang mesti diperhatikan.
Jika dilihat
secara teliti panggung stand up komedi juga menampilkan persaingan menaruh
namanya di hati masyarakat. Tidak banyak alumnus-alumnus stand up komedi yang
berkilau selepas persaingan di panggung stand up komedi Kompas Tv. Hanya
beberapa nama yang akhirnya tenar dan menaruh namanya di hati masyarakat sebut
saja mereka para alumnus stand up komedi ke tiga yang membintangi film Comic
Eight. Semisal Ari Keriting yang lahir dikampung halaman saya mewakili daerah
timur dengan materi-materi komiknya yang menjurus kepada isu kedaerahan yang
kemudian diartikan masyarakat timur untuk mengangkat permasalahan rill di
daerah timur, juga Abdur yang mewakili daerah Nusa Tenggara Timur, selebihnya
adalah masyarakat didaerah barat Indonesia juga Ernest yang mewakili etnis Tionghoa.
Memang
seorang komik dituntut untuk kreatif dan kritis dalam meramu materi stand up
komedinya. Persaingan dipanggung stand up sangat terasa jika memperhatikan
materi yang dipaparkan dengan tema yang sama dengan sudut pandang yang
berbeda-beda. Terlepas dari persaingan di kompetisi panggung stand up komedi Kompas Tv, ketika
seorang stand up mengisi panggung di Tv nasional membawakan materi stand up
maka seorang stand up tidak lagi berpusat pada materi dengan tema yang telah
ditentukan. Seorang stand up kemudian diberi keleluasaan dalam menyampaikan
materinya untuk membuat para audiens terhanyut juga terkelitik dengan materi
yang dibawakan hingga kemudian tertawa, pada titik inilah bisa dilihat sukses
atau tidaknya materi yang dibawakan oleh seorang komika.
Pada
beberapa orang komika yang berasal dari timur Indonesia seperti Abdur juga Ari
Keriting, mereka di karuniahi kelebihan dalam melakukan stan up. Abdur dan Ari
Keriting yang memiliki penampilan khas timur dari fisik hingga caranya berbica
menyampaikan materi komik, kadang-kadang bukan materi komiknya yang lucu tetapi
ekspresi dan cara penyampainya yang terdengar menggelitik ditelinga masyarakat
didaerah barat ataupun timur, bagi kami yang menonton stand up Ari Keriting dan
Abdur serasa menertawakan diri sendiri juga lingkungan kami sendiri di timur
Indonesia. Dan apresiasi kepada komika timur yang mengangkat hak-hak masyarakat
timur yang kadang tidak diperhatikan oleh pemerintah yang berkuasa di era
millennium ini.
Namun
menjadi hal yang bertolak belakang kepada komika yang berlatar belakang
masyarakat di daerah barat Indonesia. Mereka menaruh poin kunci stan upnya pada
materi yang akan mereka bahas, karena jika melihat dari fisik jelas mereka
lebih keren lebih artistic serupa tokoh utama di layar sinetron. Jika dilihat
sesungguhnya materi yang paling kompleks dalam kehidupan sehari-hari berpihak
pada jawa dan sekitarnya. Penduduk terbesar jelas berada didaerah jawa dan
sekitarnya, tentu bukan hal yang susah menyaksikan fenomena kehidupan yang
beragam didaerah jawa dan sekitarnya ini yang harus di garis bawahi oleh para
komika yang berasal dari bagian jawa dan sekitarnya.
***
Beberapa
hari ini panggung perkomedian stand up komedi harus tercoreng namanya
diakalangan masyarakat Muslim. Secara umum Muslim Indonesia kita kenal sebagai
sosialis religious. Diera millennium ini kita diberi kemudahan dalam mengakses
informasi. Tuduhan penistaan agama islam kembali lagi menjadi topic hangat
keseharian berita nasional yang kali ini dilakukan oleh punggawa stan up komedi
ternaman. Seolah tidak bisa berkaca dari penistaan agama yang dilakukan oleh
Ahok yang melukai banyak hati masyarakat Muslim nasional bahwasanya semuanya
berawal dari lisan manusia yang kurang berhati-hati
Dalam
materinya Joshua Suherman yang merupakan mantan artis cilik juga bintang iklan Nutri Sari itu membandingkan popularitas dari dua personil Cherrybelle Cherly
dan Anissa. Menurutnya popularitas dari keduanya dipengaruhi oleh faktor agama,
agama islam yang mayoritas menggunggulkan Anissa dihati penggemarnya
dibandingkan Cherly. Joshua mengatakan makanya Che islam..!! diikuti tawa
audiens yang memecah ruangan. Jelas ini bukanlah hal yang bijak membuat materi
agama menjadi bahan tertawaan di Negara yang mayoritas Muslim. Seharusnya Joshua
Suherman menimbang materi tersebut sebelum di ceritakan diatas panggung, materi
ini sebenarnya tidak matang jika melihat dampak yang ditimbulkan akhirnya
membias keluar dari panggung stand up komedi.
Joshua
Suherman mantan penyanyi cilik ini memang sangat mengejutkan bertransformasi
menjadi seorang komika ataupun komedian. Ia tidak seperti komika lain yan harus
bertarung pada ketatnya persaingan kompetisi stand up komedi di Kompas Tv. Ia
dengan status artisnya sejak kecil dengan mudah meraba-raba bentuk hiburan apa
yang akan ia masuki diera millennium. Namun sangat mengagetkan jika ia akhirnya
masuk keranah stand up komedi Indonesia, didalam mind setku, saya masi
menggambarkan Joshua Suherman sebagai anak kecil di pantai menyayikan lagu
diobok-obok yang populer dimasanya.
Kembali lagi
pada materi agama yang ia pakai dalam stand upnya. Kesalahan pertama yang ia
lakukan adalah tidak menimbang terlebih dahulu dampak yang terjadi, apa
pandangan Muslim terhadap materi yang ia bawakan, memang sudah barang tentu
Negara memberi keleluasaan kepada rakyatnya untuk berkarya dengan kreatif namun
Negara juga punya otoritas didalam hukumnya yang mengatur kehidupan rakyatnya
agar tetap rukun. Joshua Suherman seharusnya menyadari bahwa ia harus
berhati-hati pada isu SARA, di Negara yang toleran dan memiliki suku, agama dan
ras antar golongan yang beragam ini, pembahasan mengenai SARA menjadi pisau
yang membelah nilai toleransi.
Kini Joshua
Suherman harus mempertanggung jawabkan lisanya yang kurang hati-hati. Beberapa
orang memang masih berkomentar positif, namun tidak banyak orang juga yang
akhirnya berkomentar negative pada apa yang dikeluarkan oleh lisanya. Joshua
Suherman memang sudah meminta maaf namun apalah daya nasi sudah terlanjur
menjadi bubur yang siap dimakan, lisan memang bagaikan pisau yang tajam yang
kadang-kadang tampak menawan membunuh lawan namun kadang menyakitkan jika
membunuh tuannya sendiri. kata-kata itu keluar dari lisanya maka ialah yang
berhak penuh untuk mempertanggung jawabkannya.
Forum islam
bersatu (FUIB) sudah melaporkan Joshua Suherman ke bareskim Mabes Polri. Ia
dikenakan tiga pasal yaitu pasal 26 dan 27 dan pasal 156 a tentang penistaan
agama dan UUD ITE. Sangat menarik memperhatikan kelanjutan hukum dalam kasus
ini, semoga hukum dinegara kita masih berasas pada kebenaran-kebenaran. Joshua
Suherman sudah menyerahkan kasus ini pada kuasa hukumya LBH Ansor untuk
menyikapi kasus ini dengan baik. Semoga dalam kasus ini kita sebagai rakyat
yang baik dapat memetik hikmah nurani untuk tidak terlalu menyentuh ranah SARA
apalagi menyebarkanya kekhalayak luas diera yang bebas ini.
Dan semoga
dengan kasus ini membuat para komika lebih dewasa dalam membuat
materi-materinya. Aksi-aksi komika memang diperlukan untuk meregangkan
urat-urat syaraf masyarakat yang entah lelah dalam perjuangan hidupnya atau
lelah karena kelebihan santai ditengah-tengah lapanagan pekerjaan yang kosong
ini. Semoga saja komika mampu menjadi pahlawan revolusioner baru dengan gaya
menyampaikan aspirasi dipanggung stand up komedi. Tentu yang baik-baik kita
harapkan demi keharmonisasian kehidupan bangsa yang toleran.
semoga saja
kita masih memegang teguh nilai toleran dari leluhur-leluhur kita.
Muh. Fajri Salam
2018-01-12
Kota semerbak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar