![]() |
(Sumber Foto Mas Google) |
Morowali ibu
kota Sulawesi Tengah, daerah yang mungkin tidak asing lagi ditelinga pribumi. Daerah
ini dijuluki daerah seribu tambang. Memang didaerah ini kata tambang dan
istilah-istilah tambang semisal Ore
dan lain-lain sudah familiar dibibir masyarakat Morowali. Tidak hanya
tambangnya Morowali juga memiliki eksotisme pada parawisata lautnya, walaupun
belum ter ekspos dalam skala nasional dan internasional seperti Wakatobi, Bali,
Raja Ampat, Derawan. Morowali memiliki primadona yakni Pulau Sambori yang
menyerupai Raja Ampat.
Belakangan ini
banyak masyarakat dari beberapa daerah di sekitar Sulawesi Tengah
bertransmigrasi kelokasi-lokasi tambang yang berada di Sulawesi Tengah. Jika mengunjungi
salah satu daerah industri di Morowali seperti Bahodopi yang sekarang terkenal
dengan Industri smelter terbesar di Asia Tenggara, didaerah ini kita akan
disuguhi dengan pemandangan yang berbeda dengan pedesaan lain. desa ini
dibanjiri oleh masyarakat dari berbagai daerah di Sulawesi.
Etnis yang
paling banyak memadati desa ini berasal dari daerah Palopo dan Tanah Toraja. Kabarnya
di dinas Catatan Sipil kedua daerah tersebut sudah kewalahan dan menghentikan
masyarakatnya yang berpindah penduduk ke daerah Morowali. Sulawesi Tenggara
juga yang secara Geografis lebis dekat dengan Morowali tidak kalah. Fenomena ini
menggambarkan masih banyaknya angka pengangguran yang tidak bisa diatasi oleh
ketersediaan lapangan pekerjaan di daerah Sulawesi.
Jika membahas
angka pengangguran kabarnya masih ada ribuan berkas yang belum diproses oleh
salah satu perusahaan industri smelter yang merupakan tujuan masyarakat yang
bertransmigrasi ke Sulawesi Tengah. Jadi jika kabarnya ribuan tenaga kerja
sudah ditampung oleh perusahaan tersebut maka masih ada ribuan pengangguran
juga yang masih menunggu kemurahan hati perusahaan. Angka ribuan ini
menggambarkan sulitnya mencari kehidupan di bumi pertiwi.
Secara umum
memang Presiden kita yang tercinta memotivasi rakyatnya untuk kerja-kerja dan
kerja. Namun bagi masyarakat Sulawesi yang dalam kehidupanya memang tidak bisa
disamakan dengan masyarakat yang berasal daerah Jawa. Tidak semua masyarakat Sulawesi
mampu memanfaatkan kemajuan teknologi, mampu mengembangkan inovasi dan
kreatifitas untuk membangun sebuah usaha kreatif. Jika dilihat secara dekat
masyarakat disini masih menerapkan pola kehidupan ikut tren. Contohnya jika si
A bisnis Online dan menguntungkan maka yang lain akan mulai melirik bisnis
tersebut dan menjiblaknya.
Begitu pula
yang terjadi jika tetangganya ke Morowali dan sebulan atau tiga bulan kemudian
mampu mencicil motor R15 maka daripada main domino atau Song ditongkrongan
lebih baik pergi merantau seperti si tetangga yang sudah mampu mencicil R15. Industri
pabrik memang menampung masyarakat dari berbagai latar belakang. Ia tidak
memandang status sertifikat yang ia miliki kebanyakan dari pekerja pabrik hanya
bermodalkan kesiapan dan kesungguhan untuk bekerja saja. Kuantitas lebih
dikedepankan daripada kualitas, baginya kualitas itu urusan standar operasional
yang jika dilihat sebenarnya standar adalah kualitas yang melindungi pekerja.
Kehidupan di
Bahodopi salah satu desa di Morowali memang sangat mencengangkan. Industri pabrik
itu memang masih dalam status pembangunan namun sudah melakukan prosuksi. Badan
audit mungkin terlambat atau mungkin saja sengaja untuk belum mengaudit. Kehidupan
didesa ini mungkin akan sangat menarik jika dilihat dari kaca mata politik dan
ekomoni dengan melihat perputaran ekonomi didesa yakni masyarakat yang memiliki
akses yang jauh dengan perkotaan memaksa perputaran tersebut beporos disatu titik
yakni lingkaran desa Bahodopi dan sekitarnya. Dan politik masing-masing desa
memegang nama-nama masyarakat yang bertansmigrasi dari sekitar Sulawesi, arah
politik sepertinya akan sangat mudah dibaca kemana suara akan mengalir dan ke
rekening kepala desa mana aka mengalir.
Satu hal
lagi yang luput dari pemberitaan, atau mungkin memang media memang dikendalikan.
Mungkin melihat masyarakat yang berasal dari negeri china di bandara Kota Kendari
bukan lagi pemandangan yang baru. Mereka bukanlah wisatawan yang hendak
menghabiskan uangnya di Taman Nasional Wakatobi, atau ke Bunaken seperti visa
wisata yang mereka pegang. Mereka adalah pekerja lain yang membanjiri desa Bahodopi
dan industri tambang dimana investasi pengusaha china terdapat situ. Sekali lagi
kita harus mempertanyakan segala hal yang terjadi dinegara kita tak terkecuali
ribuan warga China yang membanjiri desa Bahodopi dan Morosi Sulawesi Tenggara
***
Semua hal
diatas adalah sedikit gambaran singkat yang terjadi di Morowali terkhusus untk daerah-daerah yang memiliki industri pabrik
maupun pertambangan. Kita dapat menimbang hal positive dan negatifnya. Disatu sisi
ribuan pekerja berasal dari pribumi yang sebelumnya kewalahan mencari kerja di
negeri sendiri akhirnya mempunyai tempat sandaran untuk menaikan taraf hidup. Disisi
lain ribuan pekerja asing yang statusnya dipertanyakan, apakah sebegitu tidak
percayanya Negara kepada rakyatnya sendiri sehingga ribuan asing ini masuk
bekerja begitu saja dengan mudah menggantikan posisi-posisi yang harusnya
ditempati oleh rakyat sendiri.
Disisi lain
kita harus menelaan kembali kemana arah kesejahteraan industri pabrik dan
pertambangan ini, kantong siapa yang akhirnya tebal. Beberapa hari ini saya
melihat di media massa memberitakan devisa Negara Tiongkok yang semakin naik,
semakin maju, juga diringi dengan kemajuan devisa Negara Indonesia yang
perlahan merangkak walaupun tidak signifikan. Kita mungkin sekarang sedang
mengangumi China sebagai Negara asia yang mampu bersaing dikancah
internasional. Namun pernahkah kita berpikir apa yang mereka lakukan hingga
seperti itu, mungkin saja mereka punya banyak bidang yang memberi kemajuan di negaranya
namun kita juga harus mempertanyakan kemajuan di bidang industri yang dimana
negeri kita sendiri dijadikan lahanya.
Segala hal
tersebut patut kita pertanyakan. Kita adalah masyarakat yang dijamin
kesejahteraan dan kemakmuranya oleh Negara, juga keadilan. Masyarakat Sulawesi mungkin
masih banyak yang terbelakang. Saya sudah menyusuri daerah Morowali sampai ke Sulawesi
Tenggara, pemandangan pegunungan yang ompong denga hutanya yang sudah
ditelanjang menjadi pemandangan yang menghantui sepanjang perjalanan. Pedesaan yang
terisolasi memang akan menjadi tempat yang nyaman untuk bersembunyi. Apalagi jika
bersembunyi di tengah-tengah harta karun sesekali-keluar untuk berfoya-foya
mungkin itulah yang sebenarnya sedang terjadi. Hutan-hutan yang ditelanjangi
itu kemana arahnya kesejahteraanya.
Saya selalu
mendoakan yang terbaik untuk negeriku. Semoga saja tanah kelahiranku Sulawesi yang
diberkahi tidak di kapitalisasi. Semoga saja kesejahteraan menaungi masyarakat
yang kesusahan mencari pekerjaan. semoga saja semua ketidak wajaran yang
menghantui tanah Sulawesi ini hanya mimpi belaka. Dan jika ini hanyalah mimpi
lekaslah bangun dan berbenah. kesadaraan yang kita perlukan sebagai manusia. Sekali
lagi kita harus cepat sadar dan menyadari.
Muh. Fajri Salam
2018/01/15
Kota Semerbak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar